Rabu 02 Dec 2020 14:56 WIB

Mesir-Saudi akan Bantu Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina

Kedua negara akan mendukung Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Mesir-Saudi akan Bantu Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina. Sebuah bendera Israel berkibar di atas rumah milik Yahudi di lingkungan Palestina di Silwan di Yerusalem timur, Rabu, 1 Juli 2020. Para pemimpin Israel melukiskan Yerusalem sebagai model koeksistensi, ibukota persatuan, abadi orang-orang Yahudi, tempat minoritas memiliki hak yang sama. Tetapi warga Palestina menghadapi diskriminasi yang meluas, sebagian besar tidak memiliki kewarganegaraan dan banyak yang hidup dalam ketakutan akan dipaksa keluar.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Mesir-Saudi akan Bantu Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina. Sebuah bendera Israel berkibar di atas rumah milik Yahudi di lingkungan Palestina di Silwan di Yerusalem timur, Rabu, 1 Juli 2020. Para pemimpin Israel melukiskan Yerusalem sebagai model koeksistensi, ibukota persatuan, abadi orang-orang Yahudi, tempat minoritas memiliki hak yang sama. Tetapi warga Palestina menghadapi diskriminasi yang meluas, sebagian besar tidak memiliki kewarganegaraan dan banyak yang hidup dalam ketakutan akan dipaksa keluar.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Mesir dan Arab Saudi menyebut telah memutuskan Palestina sebagai masalah sentral bagi dunia Arab. Kedua negara mengaku akan mendukung Palestina merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Dilansir dari Ahram Online, Selasa (1/12) kebijakan ini dikeluarkan dalam pernyataan bersama komite konsultasi politik Mesir-Saudi yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dan mitranya dari Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud. Dua negara ini mengatakan akan mendukung  Palestina merdeka berdasarkan inisiatif Perdamaian Arab Saudi dan  terkait resolusi Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga

Menteri Luar Negeri Shoukry melakukan perjalanan ke Riyadh pada Selasa (1/12) pagi untuk memimpin komite konsultasi politik Mesir-Saudi bersama dengan mitranya dari Saudi. Mereka membahas sejumlah masalah regional serta meningkatkan kerja sama bilateral selama periode mendatang, sesuai arahan pemimpin negara masing-masing. 

Baik Shoukry maupun Farhan menegaskan penolakan total negara mereka atas campur tangan asing dalam urusan internal negara-negara Arab. Mereka juga menekankan peran penting Liga Arab dalam menyelesaikan krisis di kawasan tersebut serta pentingnya meningkatkan kerja sama Arab.

Dua negara ini juga sepakat tentang pentingnya menjamin kebebasan navigasi di Teluk Arab, selat Bab El-Mandab, dan Laut Merah, serta menekankan mereka menolak segala upaya untuk menghalangi navigasi di sana. Adapun terkait Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD), Farhan mengatakan bahwa Arab Saudi mendukung hak Mesir untuk menjaga keamanan airnya. Menteri Farhan juga menegaskan dukungan negaranya terhadap tujuan Mesir untuk mencapai kesepakatan yang mengikat secara hukum tentang GERD melalui pembicaraan serius.

Menteri Shoukry menyatakan dukungan total Mesir untuk Arab Saudi melindungi keamanan nasionalnya dan menolak serangan apa pun di wilayah Saudi, dengan menegaskan bahwa keamanan nasional kerajaan terhubung dengan Mesir.

Kedua belah pihak juga sepakat tentang pentingnya menjaga keamanan Libya dan menolak semua campur tangan asing dalam urusannya, dan menekankan bahwa mereka mendukung solusi politik yang komprehensif berdasarkan Konferensi Berlin dan Deklarasi Kairo.

Shoukry dan Farhan juga setuju bahwa Mesir dan Arab Saudi harus bekerja untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan bekerja untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi peningkatan pertukaran komersial dan investasi. Mereka juga membahas perkembangan terbaru terkait pandemi virus corona dan dampaknya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement