Kamis 03 Dec 2020 05:33 WIB

Tips Menanggapi Islamofobia dengan Tepat (3-Habis)

Islamofobia mengakibatkan trauma psikologis dan masalah kesehatan mental.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Tips Menanggapi Islamofobia dengan Tepat (3-Habis). Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Tips Menanggapi Islamofobia dengan Tepat (3-Habis). Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Artikel yang ditulis Hannah Morris dan dipublikasikan laman About Islam pada Maret 2019 akan secara khusus membahas penanganan langsung Islamofobia dan strategi yang dapat kita gunakan untuk mengatasinya.

Laporkan kejahatan rasial atau Islamofobia

Baca Juga

Penting untuk berbicara dan melaporkan kejahatan rasial dengan cara yang tepat melalui saluran yang sesuai. Tidak melaporkan kejahatan rasial hanya akan menghasilkan statistik yang kurang mewakili fakta terjadinya kejahatan rasial Islamofobia. Kemungkinan akan mengakibatkan pemerintah melakukan sedikit tindakan untuk mengatasi ini.

Kita mungkin merasa tidak mendapatkan dukungan yang kita butuhkan. Tetapi jika semua orang di komunitas melaporkan pengalaman mereka, Insya Allah ini akan memberikan dasar yang cukup untuk sesuatu yang harus dilakukan.

Dukung anak-anak

Tanamkan sikap positif. Dorong anak untuk merespon dengan tepat juga. Soroti ayat-ayat Alquran dan contoh-contoh Islam tentang bagaimana menerapkannya dengan bersabar terhadap penindas mereka sebagaimana Nabi Muhammad SAW.

Kuatkan iman bersama sebagai keluarga dan komunitas

Berdoa bersama akan membantu menjaga hubungan tetap kuat dalam keluarga dan membuat mereka merasa nyaman untuk datang kepada kita jika mereka memiliki masalah. Jika ada kelompok Muslim lokal, pergilah bersama sebagai sebuah keluarga dan biarkan mereka terhubung dengan anak-anak Muslim lain yang memiliki identitas yang sama.

Jadilah panutan yang baik

Berhubungan dengan orang tua lain tidak hanya akan memungkinkan anak-anak untuk melihat Muslim dan non-Muslim berbaur secara damai. Tetapi memungkinkan orang dewasa Muslim untuk mendidik orang dewasa non-Muslim tentang Islam secara lebih halus hanya dengan menunjukkan karakter yang baik dan menantang stereotip negatif (bahkan jika ada tidak ada konfrontasi dalam percakapan). Orang tua non-Muslim kemudian lebih cenderung menanamkan sikap positif terhadap Islam pada anak-anak mereka sendiri.

Selain itu, orang tua perlu terus menjadi panutan yang baik bagi anak-anak mereka dengan terus mempraktikkan Islam sebagaimana biasanya, memastikan mereka tetap kuat dalam praktik, tanpa terlibat dalam penghindaran dan perilaku disosiatif yang dapat membuat anak-anak meniru hal yang sama.

Pikirkan bagaimana kita bereaksi terhadap peristiwa

Sikap kita akan menular pada anak-anak, terutama saat menonton berita misalnya. Dalam kenyamanan rumah kita sendiri, kita mungkin dengan bebas mengungkapkan rasa jijik kita pada kegiatan teroris serta tanggapan negatif publik/politik terhadap Islam dan mungkin akan menjadi marah dan marah. 

Anak-anak yang mengamati hal ini mungkin mengadopsi sikap-sikap ini tetapi tidak memiliki kapasitas untuk menangani pikiran-pikiran ini dengan tepat. Kemudian mungkin akan tercermin dalam sikap mereka terhadap teman-temannya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement