REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Allah SWT memberi kemuliaan kepada para syuhada. Mereka bahkan masih hidup di sisi Tuhannya. Allah SWT memelihara mereka yang tengah bergembira.
َلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ * "Sekali-kali janganlah eng kau mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah adalah orang-orang mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan di anugerahi rezeki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan apa yang telah dikaruniakan Tuhan Pemelihara mereka, dan mereka benar-benar bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS Ali Imran 169-170).
Prof Quraish Shihab menafsirkan, pernyataan orang yang telah terbunuh tetapi tetap hidup dimaksudkan, dari segi jasmani dan tolok ukur duniawi mereka telah mati. Namun, mereka hidup dengan kehidupan yang berbeda dengan hidup yang dikenal saat ini.
Mereka yang gugur di jalan Allah tetap bergerak. Mereka bahkan lebih leluasa dari gerak manusia di bumi ini. Mereka tahu lebih banyak dari apa yang diketahui oleh yang beredar darah dan berdenyut jantungnya.
Di alam sana, mereka telah melihat dan mengetahui nomena, bukan fenomena seperti yang diketahui penduduk dunia. "Sungguh mereka hidup. Kehidupan yang tidak dapat dijelaskan hakikatnya karena kehidupan yang mereka alami tidak disadari atau dirasakan oleh selain mereka,"ujar Quraish.
Penutup ayat di atas juga menjelaskan, kegembiraan para syuhada yang gugur itu menyangkut teman-teman sejawat mereka yang akan menyusul. Ini membuktikan, mereka memiliki pengetahuan tentang keadaan temanteman tersebut. Sekaligus membuktikan bahwa ada kehidupan di alam barzah atau yang dinamai sementara ulama alam kubur.
Mereka yang berstatus syuhada pun memiliki enam keutamaan. Hal ini sebagaimana hadits riwayat dari al-Miqdam bin Ma'di Yakriba RA.
وعَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِ يكَرِبَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : " لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ : يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ من دمه ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الأَكْبَرِ ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا ، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الْحُورِ الْعِينِ ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ
Rasulullah SAW bersabda, " Bagi syahid akan mendapat enam keutamaan yaitu dosanya akan diampuni sejak darahnya tertumpah (mati), diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur, diletakkan di kepalanya mahkota kemuliaan yang satu permata darinya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada 70 orang keluarganya. (HR at-Tirmidzi: 1663, Ibnu Majah: 2.799 dan Ahmad 4:131).
Keutamaan dan pahala mati syahid pada orang yang terkena wabah disadari para sahabat Nabi SAW, seperti Abu Ubaidah dan Mua'dz bin Jabal. Mereka berjuang hingga di akhir hayat untuk menyelamatkan masyarakat dari wabah itu.
Abu Ubaidah wafat dalam shalat setelah tertular penyakit tersebut. Sementara itu, Mu'adz yang juga tertular berkata kepada rakyatnya sambil melihat penyakit di tubuhnya sebelum mengembuskan napas terakhir. "Aku tidak mencintai sedikit pun bagianku di dunia ini seperti penyakit ini." Wallahu'alam.