REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh dibunuh oleh orang tak dikenal di Teheran pekan lalu. Seorang pejabat Pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengatakan, Israel berada di balik pembunuhan tersebut.
Pejabat yang meminta jati dirinya tidak disebutkan mengatakan, bahwa otoritas Israel telah lama mengejar ilmuwan tersebut. Namun, dia tidak menjelaskan apakah pemerintah Donald Trump mengetahui tentang serangan yang juga menewaskan sejumlah orang itu.
Hubungan AS dan Iran mencapai puncak ketegangan ketika Trump mengedepankan kampanye tekanan maksimum kepada Teheran. Pejabat anonim itu juga mengatakan, bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah diberi kekuasaan penuh untuk melanjutkan kampanye serta lebih banyak sanksi AS yang bakal dijatuhkan pada Iran pekan ini dan pekan depan.
Lima ilmuwan nuklir Iran peringkat atas telah menjadi sasaran upaya pembunuhan sejak 2010. Iran menyalahkan Israel atas rencana-rencana tersebut.
Pembunuhan Fakhrizadeh menimbulkan kemarahan di seluruh Iran. Sekelompok besar pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor Presiden Hassan Rouhani di Teheran pekan lalu. Mereka menuntut pembalasan.
Itu adalah pembunuhan profil tinggi kedua seorang sosok di Iran sejak Januari setelah serangan udara AS menewaskan Jenderal Qassam Soleimani di Baghdad. Pejabat Iran mencurigai adanya koordinasi antara Israel dan AS dalam serangan itu.