Kamis 03 Dec 2020 08:02 WIB

Dokter UGD Kena Covid-19: Tolong Dengarkan Kami

Dr Dave Burkard tahu betul bagaimana beratnya kena Covid-19.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Dokter berusia 28 tahun, dr Dave Burkard, yang bekerja di unit gawat darurat rumah sakit di Michigan, AS selama ini aktif berolahraga. Begitu kena Covid-19, untuk berjalan di dalam apartemennya saja ia sudah kepayahan.
Foto: Dok Dave Burkard
Dokter berusia 28 tahun, dr Dave Burkard, yang bekerja di unit gawat darurat rumah sakit di Michigan, AS selama ini aktif berolahraga. Begitu kena Covid-19, untuk berjalan di dalam apartemennya saja ia sudah kepayahan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- November lalu, dr Dave Burkard kelelahan, batuk, dan sesak napas saat bangun tidur. Dokter unit gawat darurat (UGD) berusia 28 tahun itu tahu persis kondisinya itu, yakni kena Covid-19.

Setelah berbulan-bulan hidup dan bekerja selama pandemi, Burkard tak tahu persis bagaimana dia bisa tertular. Dia terkejut mendapati betapa sakitnya mengalami Covid-19, meskipun selama ini dia sehat dan aktif.

Baca Juga

"Saya mencoba untuk bangun dan membuat sandwich lalu saya sangat kehabisan napas,” kata Burkard yang bekerja di Spectrum Health di Grand Rapids, Michigan, Amerika Serikat kepada Today, Kamis (19/11).

Burkard memiliki kebiasaan berlari delapan hingga sembilan kilometer sehari. Ia masih sanggup bermain bola voli sesudahnya, kemudian baru bekerja.

Setelah mendapat perawatan di rumah sakit, Burkard mengunggah pesan di Facebook tentang keseriusan virus corona. Unggahannya itu dibagikan lebih dari 7.700 kali.

I am 28 years old and a resident physician in one of the busiest ER’s in West Michigan. I run or workout 5x/week and...

Posted by Dave Burkard on Friday, 13 November 2020

"Pikirkan tentang keluarga yang ingin bersama orang yang mereka cintai saat sakit, tapi mereka tidak bisa melakukan. Pikirkan tentang betapa konyol mengeluh tentang masker, ketika ada orang yang benar-benar terengah-engah," ujar dia.

Burkard mengatakan, upaya menghentikan Covid-19 itu bergantung pada orang-orang. Menurut dia, Covid-19 tak hanya memengaruhi yang tua dan lemah, tapi semua orang berisiko sakit.

“Mohon kenakan masker. Lakukan bagian Anda untuk membantu kami menghentikan penyebaran,” kata Burkard.

Selama dua hari, Burkard mengalami demam yang tidak kunjung sembuh, tapi kemudian mulai membaik dan merasa kembali normal. Namun, sekitar hari keenam, keadaan berubah menjadi lebih buruk.

"Saya secara bertahap drop, tak bisa berkegiatan dan harus kembali ke tempat tidur dan mengatur napas," ujar dia.

Direktur program residensi asosiasi mengirimi Burkard sebuah oksimeter denyut, perangkat genggam yang mengukur saturasi oksigen yang dibawa dalam sel darah merah. Kadar oksigen Burkard bisa turun hanya dengan duduk di tempat tidur.

"Saya mandi pada hari kedelapan dan memakai pengukur denyut nadi dan angkanya tercatat 82," kata dia.

Dokter kemudian merekomendasikan Burkard pergi ke unit gawat darurat. Menjadi pasien di masa pandemi adalah bagian paling mengejutkan bagi Burkard.

"Ini adalah kehidupan setiap orang, tapi bagi saya ini seperti pekerjaan, ini rumah, di mana-mana. Sebenarnya menjadi pasien itu sangat aneh," ujar Burkard.

Sebagai dokter, Burkard tahu bahwa ia akan sendirian ketika menjadi pasien Covid-19. Tapi, mengalaminya sendiri benar-benar sangat menantang baginya. Burkard teringat semua pasien yang sudah ditangani dan betapa memilukan kenyataan itu.

"Melihat diri saya sebagai pasien kesepian yang duduk di kamar rumah sakit, bertanya-tanya apa yang akan terjadi, terutama bagi seseorang yang sudah terbiasa merawat orang," kata Burkard.

Burkard menerima oksigen tambahan, remdesivir (obat antivirus), steroid, dan plasma pemulihan selama tiga hari di rumah sakit. Perawat dan tim medis yang mengunjunginya selalu meningkatkan suasana hatinya, Burkard berterima kasih atas cara mereka membantunya mengurangi rasa kesepian.

"Para perawat adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam pandemi ini. Mereka adalah orang-orang yang membuat orang terus maju," ujar Burkard.

Burkard kembali ke rumah untuk menyelesaikan pemulihannya. Setelah isolasi berakhir, dia berharap dapat kembali bekerja dan membantu orang lain mengatasi krisis.

"Apa yang kami lihat sangat memilukan, menyaksikan orang mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai. Sungguh memilukan melihat seseorang terengah-engah dan bersiap untuk memasang selang pernapasan," kata dia.

Burkard percaya apa yang dia pelajari dari pengalamannya dengan Covid-19 akan membantunya sebagai dokter. Di ruang gawat darurat, Burkard dan tim benar-benar melihat orang yang kesakitan, menyelamatkan nyawa, dan membuat perbedaan. Bagian favoritnya dari pekerjaannya adalah membuat hubungan antarmanusia.

"Bagian empati dari pekerjaan saya adalah mengapa saya diangkat menjadi dokter. Sebenarnya, memiliki pengalaman untuk dapat bersimpati dengan mereka dan berhubungan dengan mereka pada level itu sangatlah besar bagi saya," ujar Burkard.

Meskipun tidak ingin mempermalukan orang yang tidak memakai masker atau menganggap Covid-19 adalah tipuan, Burkard berharap ceritanya menginspirasi mereka untuk berhati-hati. Dia mengatakan tim medis bekerja keras untuk membuat orang tetap hidup. Jika tim medis tidak menangani dengan serius, maka pandemi akan memengaruhi semua orang, bukan hanya layanan kesehatan.

"Ini bukan tentang menakut-nakuti. Ini tentang memiliki cinta untuk orang-orang di sekitar kita dan menghormati mereka. Kami mengatakan dari dalam rumah sakit, 'Kami ingin Anda menanggapi ini dengan serius.' Jadi tolong, dengarkan kami,” tutur Burkard.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement