Kamis 03 Dec 2020 09:14 WIB

IDAI: PJJ Lebih Aman untuk Anak daripada Sekolah Tatap Muka

Sekolah Tatap Muka berisiko tinggi tularkan Covid-19 kepada anak-anak.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Karta Raharja Ucu
Sejumlah murid mengenakan masker dan pelindung wajah saat proses belajar mengajar di salah satu Sekolah Dasar Negeri, Desa Garut, Kecamatan Darul Imara, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (2/12/2020). Pemerintah Aceh meluncurkan Gerakan Masker Sekolah (Gemas) dengan menyasar sebanyak 1,08 juta pelajar dari 6.783 sekolah di Aceh  dengan melibatkan 117.712 guru untuk memastikan penerapan protokol kesehatan dengan benar di sekolah guna mencegah penyebaran COVID-19 menjelang pemberlakukan belajar tatap muka secara normal.
Foto: ANTARA/Ampelsa
Sejumlah murid mengenakan masker dan pelindung wajah saat proses belajar mengajar di salah satu Sekolah Dasar Negeri, Desa Garut, Kecamatan Darul Imara, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (2/12/2020). Pemerintah Aceh meluncurkan Gerakan Masker Sekolah (Gemas) dengan menyasar sebanyak 1,08 juta pelajar dari 6.783 sekolah di Aceh dengan melibatkan 117.712 guru untuk memastikan penerapan protokol kesehatan dengan benar di sekolah guna mencegah penyebaran COVID-19 menjelang pemberlakukan belajar tatap muka secara normal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana sekolah tatap muka akan digelar Januari 2021 membuat sebagian pihak resah, termasuk Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang memandang pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar tatap muka berisiko tinggi terjadinya lonjakan kasus Covid-19. IDAI menyebut, anak-anak masih berada dalam masa pembentukan berbagai perilaku, sehingga ketika protokol kesehatan dilanggar, baik sengaja maupun tidak, maka risiko penularan infeksi Covid-19 akan meningkat sangat tinggi.

“Menimbang dan memperhatikan panduan dari World Health Organization (WHO), publikasi ilmiah, publikasi di media massa dan data Covid-19 di Indonesia maka saat ini IDAI memandang bahwa pembelajaran melalui sistem jarak jauh (PJJ) lebih aman,” kata Ketua Umum IDAI Aman B. Pulungan dalam keterangan tertulis, Selasa (1/12).

Baca Juga

Aman mengakui, pelaksanaan kegiatan belajar dari rumah merupakan hal yang sulit, tetapi sangat perlu diterapkan, mengingat saat ini jumlah kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat. Satu dari sembilan kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia adalah anak usia 0 sampai 18 tahun. Data pada 29 November 2020 menunjukkan proporsi kematian anak akibat Covid-19 dibanding seluruh kasus kematian di Indonesia sebesar 3,2 persen dan merupakan yang tertinggi di Asia Pasifik saat ini.

“Anak yang tidak bergejala atau bergejala ringan dapat menjadi sumber penularan kepada orang di sekitarnya. Bukti-bukti menunjukkan bahwa anak juga dapat mengalami gejala Covid-19 yang berat dan mengalami suatu penyakit peradangan hebat yang diakibatkan infeksi Covid-19 yang ringan yang dialami sebelumnya,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement