REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pos militer gabungan Turki-Rusia di Nagorno-Karabakh yang akan memantau kesepakatan gencatan senjata antara Azerbaijan dan Armenia sedang dibangun, ungkap menteri pertahanan Turki pada Rabu (2/12).
“Sekarang, sedang dalam pembangunan. Dalam waktu yang sangat singkat, teman-teman kita akan mulai bertugas di sana,” kata Menhan Hulusi Akar kepada perwakilan NGO Turki di ibu kota Ankara.
Para jenderal Turki dan Rusia serta perwira militer lainnya akan berada di pusat bersama, kata Akar, menambahkan bahwa mereka akan bekerja untuk membuat gencatan senjata berlangsung lama. Azerbaijan dan Armenia menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia pada 10 November untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju solusi yang komprehensif.
Turki dan Rusia sejak itu menandatangani nota kesepahaman untuk mendirikan pusat bersama untuk memantau kesepakatan damai tersebut. Kesepakatan itu didirikan di wilayah Azerbaijan yang dibebaskan dari pendudukan Armenia.
Akar mengatakan Turki dan Azerbaijan melanjutkan kegiatan latihan militer, dan menegaskan kembali dukungan Ankara untuk "tujuan yang sah" Baku.
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia tegang sejak 1991. Saat itu militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.
Ketika bentrokan baru meletus pada 27 September, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan. Sampai gencatan senjata 10 November, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia.
Gencatan senjata dipandang sebagai kemenangan bagi Azerbaijan dan kekalahan bagi Armenia, yang pasukannya telah ditarik sesuai kesepakatan.