REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon telah menyetujui rencana penarikan pasukan AS di Afghanistan, meski tetap mempertahankan dua pangkalan yang lebih besar, Rabu (2/12). Keputusan itu sejalan dengan perintah Presiden Donald Trump untuk memangkas jumlah pasukan menjadi 2.500 pada 15 Januari.
Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat (AS), Mark Milley, menyatakan, Washington tetap mempertahankan dua pangkalan yang lebih besar dan beberapa pangkalan satelit. Dia mengatakan, militer AS juga akan melanjutkan dua misi intinya.
Kehadiran militer AS di Afghanistan bertujuan untuk membantu pasukan keamanan Afghanistan yang terkunci dalam konflik dengan milisi Taliban. Mereka pun melakukan operasi kontraterorisme melawan ISIS dan militan Al-qaeda.
Tapi, Milley tidak mengungkapkan pangkalan mana di Afghanistan yang akan ditutup atau mengatakan kemampuan apa yang akan hilang ketika AS memindahkan 2.000 tentara dari negara itu. Dia menolak untuk berspekulasi tentang apa yang mungkin diputuskan oleh Presiden terpilih Joe Biden.
"Apa yang terjadi setelah itu, itu tergantung pada pemerintahan baru," kata Ketua Kepala Staf Gabungan tersebut.
Keputusan memangkas hampir setengah dari sekitar 4.500 tentara di Afghanistan datang sebelum para pemimpin militer menyusun rencana untuk melakukan penarikan. Kondisi itu meninggalkan banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang misi militer AS di masa depan setelah Trump meninggalkan jabatannya pada 20 Januari.
Meski masih belum jelas, Milley mengatakan, AS telah mencapai sedikit kesuksesan di Afghanistan. Dia menekankan pentingnya pembicaraan damai, bahkan ketika dia mengakui bahwa ide duduk dengan perwakilan Taliban risih bagi sebagian orang.
"Tapi itu sebenarnya cara paling umum untuk mengakhiri pemberontakan, adalah melalui penyelesaian negosiasi pembagian kekuasaan," kata Milley.
Taliban digulingkan dari kekuasaan pada 2001 oleh pasukan pimpinan AS karena menolak untuk menyerahkan pendiri Alqaeda, Osama bin Laden. Pemerintah yang didukung AS telah memegang kekuasaan di Afghanistan sejak itu, meskipun Taliban memiliki kendali atas wilayah yang luas di negara itu.