Kamis 03 Dec 2020 15:15 WIB

Bencana di Garut Didominasi Tanah Longsor

Potensi bencana tanah longsor hampir merata di seluruh kecamatan di Garut.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Ani Nursalikah
Bencana di Garut Didominasi Tanah Longsor. Sebanyak tujuh rumah dan satu masjid di Desa Cikondang, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, tertimpa longsor, Selasa (13/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Bencana di Garut Didominasi Tanah Longsor. Sebanyak tujuh rumah dan satu masjid di Desa Cikondang, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, tertimpa longsor, Selasa (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mencatat sejak awal Januari hingga Oktober 2020 terjadi 240 kejadian bencana. Tanah longsor masih menjadi yang paling mendominasi kejadian bencana di Kabupaten Garut. 

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan mengakui kejadian hal tersebut. Berdasarkan data yang didapatkan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), risiko terjadinya tanah longsor di Kabupaten Garut masuk kategori menengah hingga tinggi.

 

“Kita juga dapat data dari PVMBG per bulan November, Kabupaten Garut masuk kategori menengah-tinggi untuk kejadian tanah longsor. Ditambah data BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), curah hujan yang tinggi masih akan terjadi,” kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (3/12).

 

Menurut dia, potensi bencana tanah longsor hampir merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Garut. Ia menyebutkan, sejak Januari-Oktober, dari total 240 kejadian bencana yang terjadi, 133 di antaranya merupakan kejadian tanah longsor. Akibatnya, sebanyak 4.177 jiwa terdampak akibat kejadian bencana itu.

 

Sementara untuk bencana banjir terjadi sebanyak 46 kejadian dan mengakibatkan 8.343 jiwa terdampak. Bencana lainnya yang terjadi adalah gempa bumi sebanyak 29 kejadian, angin puting beliung 19 kejadian, dan pergerakan tanah 13 kejadian.

 

Tubagus mengatakan, kejadian bencana di Kabupaten Garut masih berpotensi bertambah. Apalagi, BMKG memprediksi musim hujan di Kabupaten Garut masih berada di periode awal. Diperkirakan, musim hujan masih akan terjadi dan memasuki periode puncaknya pada Februari 2021.

 

Menurut dia, BPBD sudah berkoordinasi dengan aparat kecamatan dan desa, terutama di wilayah selatan, untuk memperkuat mitigasi bencana. Aparat di wilayah ditugaskan untuk membuat pemetaan lokasi yang rawan terjadi.

 

Pihaknya secara persuasif juga terus mengimbau masyarakat untuk wasapada. “Jadi ketika ada hujan dengan intensitas tinggi, warganya bisa langsung dievakuasi. Hal itu untuk meminimalisir korban jiwa ketika terjadi bencana,” kata dia.

 

Tubagus mengatakan, Pemerintah Kabupaten Garut juga telah mengeluarkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi. Pihaknya juga telah menyebarkan surat edaran bupati terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana. 

 

“Mudah-mudahan masyarakat menjadi waspada menghadapi bencana. Kalau ada tanda-tanda, segera mengungsi. Jangan ambil pusing, segera evakuasi mandiri,” kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement