Jumat 04 Dec 2020 06:45 WIB

Cuti Bersama Dihapus, Warga Diimbau Liburan di Yogya Saja

Hal yang terpenting jalankan protokol kesehatan agar tidak terjadi penularan

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Hiru Muhammad
Baliho tanda larangan rokok dan wajib masker dipasang di jalur pedestrian Malioboro, Yogyakarta, Ahad (15/11). Untuk membantu mencegah penyebaran Covid-19 di Malioboro, kini selain wajib masker juga menjadi kawasan tanpa rokok. Ada beberapa titik yang dijadikan sebagai kawasan khusus untuk merokok. Selain itu, ini juga untuk menambah kenyamanan pengunjung ikon wisata Jogja ini.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Baliho tanda larangan rokok dan wajib masker dipasang di jalur pedestrian Malioboro, Yogyakarta, Ahad (15/11). Untuk membantu mencegah penyebaran Covid-19 di Malioboro, kini selain wajib masker juga menjadi kawasan tanpa rokok. Ada beberapa titik yang dijadikan sebagai kawasan khusus untuk merokok. Selain itu, ini juga untuk menambah kenyamanan pengunjung ikon wisata Jogja ini.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Sekretaris Daerah (Pemda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengimbau agar masyarakat Yogyakarta  berlibur dengan  tidak bepergian ke luar kota saat libur akhir tahun 2020 nanti. Hal ini ia katakan karena dihapuskannya cuti bersama akhir tahun 2020.

"Harapan kita masyarakat DIY karena (akhir tahun 2020) besok liburnya tidak terlalu panjang, sudah liburan di Yogya saja," kata Aji di Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Yogyakarta, Kamis (3/12).

Dengan mengisi destinasi wisata oleh warganya sendiri, Hal ini akan meningkatkan perekonomian DIY. Hal yang penting, kata Aji, yaitu dengan tetap menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 agar tidak terjadi penularan di destinasi wisata.

"Justru mereka berbelanja di Yogya saja, itu akan semakin mendorong pertumbuhan ekonominya Yogya. Karena ini libur tidak terlalu panjang, kalau keluar kota hanya habis untuk macet di jalan, sudah penuhi saja tempat-tempat wisata di Yogya kalau sudah jenuh," ujarnya.

Aji menyebut, sebagian besar penularan Covid-19 di DIY sendiri bukan dikarenakan dibawa oleh masyarakat luar DIY. Namun, penuaralan Covid-19 dibawa oleh masyarakat yang melakukan perjalanan luar DIY.

Bahkan, jika masyarakat berlibur ke luar DIY, tidak akan berpengaruh terhadap perekonomian DIY itu sendiri. Sehingga, diharapkan masyarakat DIY bersama-sama meningkatkan perekonomiannya dengan berlibur di destinasi yang ada di DIY.

Hal ini, katanya, juga dapat mencegah terjadinya penularan Covid-19 yang lebih besar di DIY. Pasalnya, kenaikan kasus Covid-19 terus melonjak, bahkan mencapai di atas 100 kasus per harinya."Kalau sudah liburan di Yogya, hati-hati saat menerima tamu dari luar Yogya," jelasnya.

Pemda DIY juga tidak akan melakukan tes Covid-19 pada saat libur akhir tahun 2020 mendatang. Baik itu rapid diagnostic test (RDT) maupun swab test Covid-19. Hal ini berbeda dengan libur panjang akhir Oktober lalu, yang dilakukan tes Covid-19 terhadap wisatawan di salah satu destinasi wisata di DIY. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembayun Setyaningastutie menilai tes Covid-19 terhadap wisatawan tidak akan efektif dilakukan.

"Pertanyaannya, dirapid apakah selesai (penularan Covid-19), kan tidak. Karena wisatawan yang datang banyak. Menurut kami itu tidak efektif, tapi yang harus dilakukan manakala ditemukan satu kasus, harus segera dilakukan tracing (pelacakan)," kata Pembayun.

Pembayun menjelaskan, langkah penanganan Covid-19 pun telah diubah. Dari yang sebelumnya dilakukan test-tracing-treatment (TTT), diubah menjadi sign-tracing-treatment (STT)."Sign artinya kita kejar mereka yang punya gejala. Begitu ada orang dengan gejala Covid-19, maka itu kita kejar. Kalau OTG (orang tanpa gejala) yang tidak ada gejala, hanya isolasi saja dan minum vitamin, itu yang perlu," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement