REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Pemerintah Azerbaijan melalui Kementerian Pertahanan menyatakan, Kamis (3/12), setidaknya ada 2.800 tentara mereka yang gugur dalam pertempuran di Nagorno-Karabakh melawan Armenia dan pendukungnya dari kelompok lain. Berdasarkan informasi, rincian itu juga dirilis bersama dengan kerugian militer dalam beberapa pekan bentrokan.
"2.783 prajurit angkatan bersenjata Azerbaijan gugur dalam perang patriotik, selain dari 100 tentara lainnya yang hilang.’’ ujar Kemhan Azerbaijan melalui keterangan resminya dikutip dari Al Arabiya, Kamis (3/12).
Sebelumnya, empat warga sipil Azerbaijan juga dilaporkan meninggal pada Sabtu (28/11), setelah mobil mereka menabrak ranjau darat. Berdasarkan pemaparan jaksa penuntut Azerbaijan, ranjau itu ditanam oleh tentara Armenia yang sempat mundur dari wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
Kejadian itu, terjadi di sebuah desa di distrik Fizuli. Menurut sebuah pernyataan, ranjau itu adalah ranjau anti-tank. "Tambang (ranjau) itu ditanam oleh angkatan bersenjata Armenia selama mereka mundur," kata pernyataan itu. Pernyataan itu juga menyebut jika insiden tersebut adalah "jenis provokasi baru" dari Armenia.
Sebagai informasi, Fizuli termasuk di antara distrik yang diklaim oleh pejuang Armenia dalam perang 1990-an. Distrik itu terhampar di sepanjang perbatasan dengan Iran.
Meski sempat diklaim Armenia, Azerbaijan diketahui berhasil merebut kembali Fizuli dalam bentrokan terbaru atas Karabakh yang dimulai pada akhir September lalu dan berlanjut selama enam pekan. Hingga akhirnya, merenggut lebih dari 4.000 nyawa.
Untuk menyelesaikan konflik, upaya dari negara-negara mantan Soviet itu adalah menandatangani kesepakatan damai yang ditengahi Moskow pada 9 November lalu. Tujuannya, juga untuk mengakhiri pertempuran sengit selama beberapa pekan. Dalam perjanjian, Armenia setuju menyerahkan beberapa wilayah yang berada di bawah kendali separatis selama lebih dari tiga dekade ke Baku. Hal itu menjadi pukulan buat pemerintahan Yerevan.