Kamis 03 Dec 2020 23:59 WIB

Karakter Siswa Bisa Dibangun Lewat Permainan Tradisional

Permainan tradisional selalu menarik perhatian siswa karena sederhana

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak-anak bermain permainan tradisional ular tangga. Permainan tradisional selalu menarik perhatian siswa karena sederhana
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Anak-anak bermain permainan tradisional ular tangga. Permainan tradisional selalu menarik perhatian siswa karena sederhana

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penting bagi orang tua memperhatikan pembentukan karakter anak usia dini, salah satunya lewat permainan. Kepada siswa, menyempatkan mereka bermain di sela keseharian ternyata bisa dimanfaatkan untuk membentuk karakter siswa itu sendiri.

Belakangan banyak guru keluhkan perilaku peserta didik yang tidak mau lagi mengisi waktu senggang untuk beraktivitas jasmani dan cuma bermain gim daring. Banyak pula dikeluhkan sopan santun, tata krama dan penggunaan bahasa tidak baik oleh siswa.

Hal ini jadi keprihatinan sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Ada Vida Nur Ardiyanti, Muhammad Fauzan, Heri Prasetyo dan Anida Purwandari (PGSD Pendidikan Jasmani), serta Risma Prihatini (Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum).

Mereka mencoba menggunakan permainan tradisional untuk membangun karakter siswa.

Vida mengatakan, alasan memilih permainan tradisional karena permainan itu sederhana dan menarik minat siswa, serta mengandung banyak poin-poin pembangunan karakter.

"Permainan tradisional dapat menjadi sarana pembangun karakter karena terdapat pesan moral yang terkandung di dalamnya berupa nyanyian, gerakan-gerakan, yang bertujuan untuk aktifitas jasmani dan juga petuah," kata Vida, Kamis (3/12).

Selain itu, aktivitas fisik anak sangat diperlukan untuk kebugaran jasmaninya. Dengan memainkan permainan-permainan tradisional, siswa tidak cuma akan melakukan aktivitas fisik, tapi bersosialisasi bahkan berkenalan nilai-nilai Pancasila.

Fauzan menerangkan, kegiatan ini sudah dilaksanakan mereka secara daring di SDN Klegen di Kulonprogo. Ia merasa, selain karakter siswa yang kurang baik, masalah wadah beraktivitas jasmani yang kurang karena tidak ada guru pendidikan jasmani.

"Pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan cuma didampingi guru kelas, sehingga aktivitas olah raga yang dilakukan sebatas melakukan aktivitas fisik tanpa ada makna yang didapat" ujar Fauzan.

Heri menjelaskan, kegiatan diisi pelatihan terhadap guru agar ketika kondisi kembali normal dapat diterapkan kepada siswa. Pendampingan yang dilakukan menambah informasi terkait permainan tradisional dan cara mengemasnya melalui kegiatan ekstrakulikuler.

Mulai sosialisasi, pemberian modul, pelatihan sampai pendampingan dilakukan virtual. Salah satu permainan tradisional yang diangkat merupakan 'nglarak blarak' sebagai ekstrakulikuler karena permainan tersebut merupakan kearifan lokal Kulonprogo.

Pelatihan dilakukan dua kali pada September, dan tim disiagakan jika suatu saat guru guru mengalami kesulitan. Kegiatan ini sudah berhasil pula meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat 2020. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement