REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) akan membatasi penyaluran kredit ke sektor pertambangan energi. Hal ini mengingat dampak para appetite risk perusahaan dalam menyalurkan kredit ke sektor-sektor ekonomi yang berwawasan lingkungan daerah, termasuk kredit tambang.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan perusahaan masih cukup insentif menerapkan keuangan berkelanjutan, sehingga tak banyak menjawab kebutuhan pembiayaan sektor tambang.
“Kami fokus pada ESG, sehingga tidak begitu nyaman dengan penyaluran kredit ke tambang, hanya maintaining,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (3/12).
BCA mendapat apresiasi dari World Wide Fund yakni organisasi nonpemerintah internasional yang menangani masalah-masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan. Perusahaan dipandang berhasil menerapkan implementasi sustainable banking assessment dengan pemenuhan 33 dari 70 kriteria.
Tercatat kredit sektor tambang hanya 0,5 persen dari total portofolio kredit Rp 581,85 triliun. Komposisi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan bank umum yang masih berada di 2,8 persen per Agustus 2020.
Adapun risiko kredit sektor ini pun lebih terjaga dengan rasio kredit bermasalah 1,1 persen. Rasio non-performing loan kredit pertambangan bank umum tercatat masih 5,5 persen per Agustus 2020.