REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak bergerak lebih tinggi pada pada akhir perdagangan Kamis (3/12) dengan patokan global Brent naik satu persen ke tertinggi sejak awal Maret di tengah harapan baru untuk kesepakatan stimulus AS. Para produsen minyak utama setuju untuk meningkatkan produksi hanya 500.000 barel per hari (bph) mulai Januari.
Dengan kenaikan tersebut berarti Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, akan memangkas produksi sebesar 7,2 juta barel per hari, atau 7 persen dari permintaan global mulai Januari, dibandingkan dengan pemotongan saat ini sebesar 7,7 juta barel per hari.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik 46 sen atau 1,0 persen, menjadi menetap di 48,71 dolar AS per barel. Ini adalah penyelesaian tertinggi untuk Brent sejak 5 Maret sebelum sebagian besar negara memberlakukan lockdown untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari naik 36 sen atau 0,8 persen, menjadi berakhir di 45,64 dolar AS per barel, penutupan tertinggi dalam satu minggu.
OPEC Plus diperkirakan akan memperpanjang pemotongan yang ada hingga setidaknya Maret, setelah mundur dari rencana sebelumnya untuk meningkatkan produksi sebesar dua juta barel per hari. "Pasar sekarang bereaksi positif dan harga mencatat kenaikan kecil karena 500.000 barel per jari pasokan tambahan tidak mematikan keseimbangan," kata Paola Rodriguez-Masiu, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.
Partai Republik di Kongres AS memberikan nada yang lebih positif pada Kamis (3/12) selama pembicaraan bantuan virus corona ketika mereka mendorong bantuan lebih ramping 500 miliar dolar, yang sebelumnya ditolak oleh Demokrat yang mengatakan lebih banyak uang diperlukan untuk mengatasi pandemi yang mengamuk.
Harapan untuk persetujuan vaksin Covid-19 yang cepat mendorong reli harga minyak pada akhir November. Brent melonjak 27 persen. Beberapa produsen OPEC Plus mulai mempertanyakan perlunya menjaga ketatnya kebijakan minyak, seperti yang dianjurkan oleh pemimpin OPEC Arab Saudi.
Harga yang lebih tinggi juga mendorong produsen AS minggu lalu untuk meningkatkan produksi selama tiga minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Mei 2019. “Dengan produksi minyak AS yang meningkat, OPEC Plus tidak dapat membiarkan Amerika memenangkan pangsa pasar dengan mengorbankan mereka,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.