Jumat 04 Dec 2020 14:18 WIB

Observatorium: 900 Milisi Suriah Pulang dari Perang Karabakh

Turki berulangkali membantah mengirimkan pasukan ke Karabakh untuk lawan Armenia.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Teguh Firmansyah
 Kendaraan militer Azerbaijan diparkir setelah pengalihan wilayah Kalbajar ke kendali Azerbaijan, sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengharuskan pasukan Armenia untuk menyerahkan wilayah Azerbaijan yang mereka kuasai di luar Nagorno-Karabakh, di Kalbajar, Azerbaijan, Rabu, 2 Desember 2020
Foto: AP/Emrah Gurel
Kendaraan militer Azerbaijan diparkir setelah pengalihan wilayah Kalbajar ke kendali Azerbaijan, sebagai bagian dari kesepakatan damai yang mengharuskan pasukan Armenia untuk menyerahkan wilayah Azerbaijan yang mereka kuasai di luar Nagorno-Karabakh, di Kalbajar, Azerbaijan, Rabu, 2 Desember 2020

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemantau perang Suriah yang berbasis di Inggris menyebut, ada lebih dari 900 pejuang Suriah pro-Turki yang telah kembali ke Suriah. Kepulangan itu, terjadi pascaberakhirnya pertempuran di daerah sengketa Nagorno-Karabakh.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia juga menegaskan, setidaknya ada lebih dari 2.580 pejuang Suriah yang sebelumnya dikirim ke Baku. Sebanyak 293 di antaranya dinyatakan gugur.  "Lebih dari 900 pejuang dari faksi pro-Ankara telah kembali ke Suriah dalam beberapa gelombang, yang terakhir terjadi pada 27 November," kata kepala Observatorium Rami Abdel Rahman dikutip Arab News, Rabu (2/12).

Baca Juga

Sejauh ini, Turki memang dituduh mengirim ratusan tentara bayaran Suriah untuk berperang bersama pasukan Azerbaijan dalam konfliknya. Namun demikian, Ankara tegas membantahnya.

Sementara itu Pemerintah Azerbaijan melalui Kementerian Pertahanan mengatakan, setidaknya ada 2.800 tentaranya yang tewas dalam pertempuran di Nagorno-Karabakh melawan Armenia dan pendukungnya dari kelompok lain.

"2.783 prajurit angkatan bersenjata Azerbaijan tewas dalam perang patriotik, selain dari 100 tentara lainnya yang hilang.’’ ujar Kemhan Azerbaijan melalui keterangan resminya dikutip dari Al Arabiya, Kamis (3/12).

Sebelumnya, empat warga sipil Azerbaijan juga dilaporkan meninggal pada Sabtu (28/11), setelah mobil mereka menabrak ranjau darat. Berdasarkan pemaparan jaksa penuntut Azerbaijan, ranjau itu ditanam oleh tentara Armenia yang sempat mundur dari wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

Kejadian itu, terjadi di sebuah desa di distrik Fizuli. Menurut sebuah pernyataan, ranjau itu adalah ranjau anti-tank. "Tambang (ranjau) itu ditanam oleh angkatan bersenjata Armenia selama mereka mundur," kata pernyataan itu. Pernyataan itu juga menyebut jika insiden tersebut adalah "jenis provokasi baru" dari Armenia.

Sebagai informasi, Fizuli termasuk di antara distrik yang diklaim oleh pejuang Armenia dalam perang 1990-an. Distrik itu terhampar di sepanjang perbatasan dengan Iran.

Meski sempat diklaim Armenia, Azerbaijan diketahui berhasil merebut kembali Fizuli dalam bentrokan baru atas Karabakh yang dimulai pada akhir September lalu dan berlanjut selama enam pekan. Hingga akhirnya, merenggut lebih dari 4.000 nyawa.

Armenia dan Azerbaijan menandatangani kesepakatan damai yang ditengahi Moskow pada 9 November lalu. Tujuannya, juga untuk mengakhiri pertempuran sengit selama beberapa pekan. Sebagai buntut perjanjian, Armenia mesti menyerahkan beberapa wilayah yang berada di bawah kendali separatis selama lebih dari tiga dekade ke Baku.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement