Jumat 04 Dec 2020 18:26 WIB

Sekjen PBB dan Menlu Rusia Bahas Situasi Nagorno-Karabakh

Menlu Rusia dan Sekjen PBB berdiskusi mengenai kemanusiaan di Karabakh

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Christiyaningsih
 Pengungsi dari Nagorno-Karabakh sebelum keberangkatan bus menuju Stepanakert, kota utama Republik Nagorno-Karabakh (juga dikenal sebagai Artsakh), di terminal bus selatan di Yerevan, Armenia, 18 November 2020. Pada 09 November 2020 Presiden Azerbaijan Aliyev, Perdana Menteri Armenia Pashinyan, dan Presiden Rusia Putin menandatangani pernyataan yang mengumumkan gencatan senjata lengkap dan semua operasi militer di zona konflik Nagorno-Karabakh tempat bentrokan meletus pada 27 September 2020 antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang perbatasan. jalur kontak dari Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.
Foto: EPA-EFE/MELIK BAGHDASARYAN /PHOTOLURE
Pengungsi dari Nagorno-Karabakh sebelum keberangkatan bus menuju Stepanakert, kota utama Republik Nagorno-Karabakh (juga dikenal sebagai Artsakh), di terminal bus selatan di Yerevan, Armenia, 18 November 2020. Pada 09 November 2020 Presiden Azerbaijan Aliyev, Perdana Menteri Armenia Pashinyan, dan Presiden Rusia Putin menandatangani pernyataan yang mengumumkan gencatan senjata lengkap dan semua operasi militer di zona konflik Nagorno-Karabakh tempat bentrokan meletus pada 27 September 2020 antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang perbatasan. jalur kontak dari Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Menteri Luar Negeri Federasi Rusia Sergei Lavrov melakukan pembahasan situasi kemanusiaan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Dalam pembicaraan melalui telepon itu, mereka merujuk pada situasi kemanusiaan di Nagorno-Karabakh.

Mengutip news am pada Jumat (4/12), PBB melalui Guterres menyambut baik upaya Rusia dalam mencapai kesepakatan tentang penghentian permusuhan di Nagorno-Karabakh. Kedua belah pihak selanjutnya akan meninjau kemungkinan untuk membantu memecahkan masalah kemanusiaan di wilayah tersebut. Tentunya, bekerja sama dengan Azerbaijan, Armenia, dan penjaga perdamaian Rusia.

Baca Juga

Sebelum adanya perbincangan itu, Juru Bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Stephane Dujarric menyerukan kesiapan PBB untuk bekerja sama dengan Rusia dalam menakar volume bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan di Nagorno-Karabakh.

Menurutnya, hal itu juga menanggapi permintaan dari Federasi Rusia dan menunggu perincian lebih lanjut tentang peran dan modalitas operasi Pusat Respons Kemanusiaan Antar-lembaga Rusia.

"Sekretaris Jenderal (PBB) juga telah mengonfirmasi bahwa Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) dan pihak terkait Entitas PBB siap untuk bekerja sama dan mendiskusikan kemungkinan interaksi dan kolaborasi di lapangan,’’ ujar dia mengutip TASS, Selasa (24/11).

Dirinya menambahkan, diskusi itu juga termasuk melakukan penilaian antar-lembaga independen awal di Nagorno-Karabakh dan daerah sekitarnya. Segera setelah persyaratan memungkinkan, penilaian dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan kemanusiaan di lapangan.

"Kami berharap penghentian permusuhan akan memungkinkan para pelaku kemanusiaan memiliki akses yang diperlukan kepada semua orang yang membutuhkan di semua wilayah yang terkena dampak konflik, termasuk orang-orang yang terlantar akibat konflik, khususnya di dalam dan sekitar Nagorno-Karabakh," tambahnya.

Bentrokan baru antara Azerbaijan dan Armenia meletus pada 27 September lalu. Pertempuran sengit berkecamuk di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Daerah itu mengalami konflik juga pada musim panas 2014, April 2016, dan Juli lalu hingga 30 tahun ke belakang.

Atas dasar itu, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menandatangani pernyataan bersama tentang gencatan senjata lengkap di Nagorno-Karabakh mulai 10 November. Berdasarkan kesepakatan, pihak Azerbaijan dan Armenia bersedia mempertahankan posisi tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement