Jumat 04 Dec 2020 19:15 WIB

Dirawat 22 Hari di RS, Wali Kota Bogor Masih Rasakan Ini

Bima mengaku, dua hal yang masih sering dia rasakan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dalam akun instagramnya.
Foto: instagram/bimaaryasugiarto
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dalam akun instagramnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) tidak pandang bulu dan bisa menulari siapapun. Tak terkecuali Wali Kota Bogor, Bima Arya yang jadi orang pertama ďi wilayahnya yang terinfeksi virus ini dan dirawat 22 hari di rumah sakit (RS). Bima dinyatakan sembuh dan jadi penyintas, namun masih merasakan mudah lelah.

Bima mengisahkan, pertama kali mendapatkan kabar dirinya positif terinfeksi virus ini pada 17 Maret 2020 lalu. "Saat itu saya sedang rapat dengan Dinas Kesehatan Bogor dan Humas Komunikasi dan Informasi di rumah saya. Saya sempat merasakan tidak enak badan karena saya kira jet lag setelah pulang dari Turki," katanya saat berbicara di konferensi virtual BNPB bertema Pandemi Belum Berakhir: Patuhi Protokol Kesehatan, Jumat (4/12) sore.

Saat itu, dirinya bersama dengan pejabat terkait membahas masalah penting yaitu masyarakat Bogor yang keras kepala apalagi saat itu belum ada kasus di kota hujan ini. Sejam kemudian Bima mendapatkan telpon dari Gubernur Jawa Barat bahwa hasil tes swabnya positif. Kemudian, dirinya langsung dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani isolasi dan perawatan medis.

"Saat itu mulai masa-masa berat selama 22 hari di rumah sakit. Saya merasakan gejala seperti demam berdarah, lemas, pusing, mual, plus batuk," ujarnya.

Beruntung Bima masih bisa bertahan. Kemudian, Bima dinyatakan sembuh dan kembali pulang ke rumahnya, namun penderitaannya belum berakhir. 

Bima mengaku, dua hal yang masih sering dia rasakan. Pertama adalah rasa sedikit mudah lelah.

"Kalau dulu tidak ada cerita dari Subuh sampai malam masih kuat (beraktivitas), tetapi sekarang sore harus diatur jadwalnya" ujarnya.

Kedua Bima juga sering merasakan meriang dan panas terutama jika merasa kecapaian. "Padahal, setelah dicek suhu badannya normal, tetapi di dalam tubuh masih seperti merasa panas," katanya.

Beruntung Bima tidak merasakannya saat berolahraga seperti berlari atau gowes mengayuh sepeda. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement