Jumat 04 Dec 2020 21:43 WIB

PBB: Harga Pangan Dunia Melonjak ke Rekor Tertinggi Selama Enam Tahun Terakhir

Harga pangan global naik tajam pada November selama enam tahun terakhir.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/W. Rudhart
picture-alliance/dpa/W. Rudhart

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia FAO mengatakan harga bahan pangan yang paling banyak diperdagangkan secara global naik secara keseluruhan, memberikan tekanan ekstra khususnya pada 45 negara yang membutuhkan bantuan pangan dari luar untuk memberi makan populasi mereka.

Indeks Harga Pangan FAO rata-rata berada di 105 poin selama satu bulan, naik 3,9 persen dari Oktober dan 6,5 persen dari tahun sebelumnya."Kenaikan bulanan ini adalah yang paling tajam sejak Juli 2012, menempatkan indeksnya pada level tertinggi sejak Desember 2014," kata badan pangan PBB yang berbasis di Roma itu.

Kenaikan terbesar terjadi pada indeks harga minyak nabati yang melonjak 14,5 persen karena rendahnya stok minyak sawit. Indeks harga sereal naik 2,5 persen dari Oktober - membuatnya hampir 20 persen lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Harga pangan naik karena prospek panen buruk

Harga ekspor gandum naik, antara lain karena berkurangnya prospek panen di Argentina, begitu pula harga jagung, dengan ekspektasi produksi yang lebih rendah di AS dan Ukraina dan pembelian besar-besaran oleh Cina, kata FAO.

Indeks harga gula naik 3,3 persen dari bulan sebelumnya di tengah "meningkatnya ekspektasi penurunan produksi global" karena cuaca buruk yang membuat prospek panen yang lebih lemah di Uni Eropa, Rusia dan Thailand.

Harga susu juga naik 0,9 persen mendekati level tertinggi selama 18 bulan, sebagian karena ledakan penjualan di Eropa akibat pandemi corona. Harga daging naik 0,9 persen dari Oktober, tetapi telah mengalami penurunan secara signifikan pada tahun lalu, kata laporan itu.

Pandemi virus corona dorong kerawanan pangan global

Kenaikan harga merupakan beban tambahan bagi mereka yang mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi virus corona, yang menurut FAO terbukti menjadi "pendorong penting tingkat kerawanan pangan global".

"Pandemi memperburuk dan mengintensifkan kondisi yang sudah rapuh yang disebabkan oleh konflik, hama dan guncangan cuaca, termasuk badai baru-baru ini di Amerika Tengah dan banjir di Afrika," kata FAO. Selanjutnya disebutkan, "45 negara, 34 di antaranya di Afrika, terus membutuhkan bantuan eksternal untuk makanan".

Laporan FAO juga mencatat risiko curah hujan di atas rata-rata di Afrika Selatan dan Asia Timur, sementara sebagian Asia dan Afrika Timur curah hujan diperkirakan berkurang dan merupakan "kondisi yang dapat mengakibatkan guncangan produksi yang merugikan".

hp/gtp (afp, rtr)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement