REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir telah membebaskan tiga pembela hak asasi manusia (HAM) setelah mendapatkan protes dari kalangan internasional, termasuk pemerintah dan organisasi HAM Barat. The Egyptian Initiative for Personal Rights (EIPR) mengumumkan pembebasan dari tiga advokatnya, yakni Gasser Abdelrazek, Karim Ennarah dan Mohamed Basheer pada Kamis (3/12). Namun, tidak dijelaskan apakah mereka masih menghadapi dakwaan atau tidak.
"Gasser, Karim dan Basheer dibebaskan langsung dari penjara Tora. Tidak biasa. Mereka sekarang sudah pulang atau dalam perjalanan pulang," kata EIPR dalam unggahan di Twitter, dilansir di Middle East Eye, Jumat (4/12).
Tora adalah penjara terkenal di Kairo selatan yang menampung puluhan ribu tahanan politik. Ketiga aktivis tersebut memiliki posisi penting di EIPR. Abdelrazek menjabat sebagai direktur EIPR, Ennarah menjabat sebagai direktur peradilan pidana, dan Basheer adalah manajer di organisasi tersebut. Mereka semua ditangkap satu sama lain dalam kurun waktu beberapa hari. Mereka ditangkap lantaran berkomunikasi dengan diplomat asing.
Namun, penangkapan itu menuai kritikan dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang sebenarnya merupakan sekutu utama dari pemerintahan Presiden Abdel Fattah el-Sisi. Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Perburuhan di Departemen Luar Negeri AS mengatakan bulan lalu bahwa mereka sangat prihatin dengan penangkapan para aktivis tersebut.
"Amerika Serikat percaya bahwa semua orang harus bebas untuk mengekspresikan keyakinan mereka dan melakukan advokasi secara damai," kata badan itu di Twitter.
Penasihat utama Presiden terpilih Joe Biden yang kemudian akan diangkat sebagai menteri luar negeri dalam pemerintahan mendatang, Tony Blinken, juga mengecam penahanan para aktivis tersebut.
"Bertemu dengan diplomat asing bukanlah kejahatan. Juga bukan merupakan advokasi damai untuk hak asasi manusia," katanya.
Ketiganya ditahan setelah EIPR mengadakan pertemuan tentang hak asasi manusia di kantornya di Kairo, Mesir. Diplomat dari Inggris, Jerman, Belgia, Denmark, Finlandia, Prancis, Italia, Belanda, Spanyol dan Swiss hadir dalam acara tersebut.
Pendiri EIPR, Hossam Bahgat, merayakan pembebasan para aktivis dan tampaknya memuji kampanye tekanan untuk pembebasan mereka.
"Saya dapat memastikan teman-teman saya dan rekan EIPR Gasser, Basheer dan Karim telah dibebaskan dan berada di rumah yang saya kira berarti kami (dan Anda) berhasil #FreeEIPRstaff," kata Bahgat dalam sebuah unggahan di media sosial.
Menurut kelompok hak asasi, pemerintah Mesir di bawah Sisi telah memenjarakan lebih dari 60.000 pembangkang. Namun, tuduhan itu dibantah Kairo. Terlepas dari protes para pembela hak asasi, Presiden AS Donald Trump telah memperdalam hubungan dengan Sisi, dan menyebutnya sebagai 'diktator favorit'.