REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Baban Sarbana, direktur PT Rumah Tulis dan PT Ideagile Digital Ecobaraya yang kini sedang menuntaskan studi S3 pada Jurusan Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan, IPB University membagikan kiprahnya di dunia sociopreneur. Pria kelahiran 1974 ini telah meraih 11 prestasi baik skala nasional maupun internasional, serta telah menuliskan buah pikirannya dalam 13 buku.
Baban menjadi entrepreneur sejak masih menjadi mahasiswa program sarjana di IPB University. Menjadi sociopreneur baginya adalah sebuah panggilan, bukan pekerjaan, bukan murni bisnis.
“Ini tentang bagaimana giving back ke kampung halaman. Saat itu, tahun 2010, masih banyak masalah terkait kemiskinan, pendidikan dan ekonomi di kampung saya, yang sebetulnya tidak jauh-jauh amat dari kota. Ditambah latar belakang saya sebagai alumni IPB University yang pastinya punya histori dengan desa dan banyak belajar tentang social movement, akhirnya saya memilih untuk berhenti dari pekerjaan rutin dan fokus pada pengembangan social business yaitu bagaimana menyelesaikan masalah sosial melalui pendekatan bisnis," terangnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (4/12).
Penulis buku Siapa Berani Menjadi Entrepreneur dan Desa Butuh Lho Sob ini mengabdikan dirinya sebagai sociopreneur atas motivasi utamanya untuk mendapatkan "Pasive Income Dunia Akherat".
Ia mengaku sangat tergugah oleh hadits yang menyatakan bahwa ada tiga amalan yang membuat pahala seseorang tak terputus walaupun sudah meninggal dunia. Yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya. Itulah yang melatarbelakangi ramuan program sociopreneur Yatim Online yang memiliki kepanjangan Yatim: Yakin Tidak Miskin, Yakin Tidak Minder dan Yakin Pasti Mandiri.
Pembelajaran kehidupan selama di IPB University melatihnya untuk berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Selain kuliah, ia banyak bergabung dalam organisasi internal dan eksternal kampus, berinteraksi langsung dengan beragam orang dengan beragam masalah. Menurutnya, IPB University itu seperti Indonesia dalam skala kecil, kumpulan orang-orang yang mudah terpanggil kembali ke kampung halaman. “IPB adalah laboratorium pergaulan dengan teman-teman dari beragam latar belakang, sangat berguna untuk berkiprah di masyarakat,” ujarnya.
Peraih penghargaan Juara 1 Inovasi Penanganan Kemiskinan Kabupaten Bogor 2019 ini menjelaskan bahwa dalam buku Outlier Malcolm Gladwell, rata-rata orang melakukan perubahan, membutuhkan konsistensi selama sepuluh tahunan. Dalam bahasa lain dapat disebut dengan "Istiqomah".
"Ternyata, itu berlaku juga ke Yatim Online, karena di tahun 2020 ini tepat 10 tahun dan kami menuju exit strategy untuk memastikan program yang kami rintis benar-benar terlembaga dengan baik melalui pendirian yayasan, koperasi dan badan usaha. Dari yayasan kami mendirikan Raudhatul Athfal (Pendidikan Usia Dini) dan pemberian santunan dan beasiswa, koperasi untuk membantu usaha ibu-ibu dan badan usaha berupa pabrik dan olahan tempe sebagai bagian dari bisnis yang bisa berkelanjutan," paparnya.
Ia berharap, tiga hal utama ini menjadi trisula solusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, utamanya yatim dhuafa.
Dalam sepak terjang dan proses yang dirintis, tentu tidak mulus. Sebagaimana yang ia sampaikan bahwa ujian dari ke-istiqamahan ikhtiar seseorang adalah waktu.
Baban Sarbana menyampaikan motivasinya untuk para pemuda yaitu keyakinan akan cahaya di ujung lorong yang gelap. Selalu ada solusi untuk setiap masalah adalah bagian dari kemampuan kita untuk terus bergerak.
“Keep moving! Bergerak saja terus-menerus. Berkontribusi bagi kemaslahatan masyarakat itu seperti belajar naik sepeda, untuk mencapai keseimbangan tiada jalan lain untuk selalu bergerak dan bangkit dari kegagalan. Pastikan dalam proses perjuangan, kita memiliki 'soulmate' terbaik, teman dan sahabat yang berbahu kuat untuk memikul amanah bersama," tutupnya.