Ahad 06 Dec 2020 05:59 WIB

Sosiolog Prancis: Tak Ada Satu Pun Negara Sekuler 100 Persen

Sosiolog Prancis menyatakan tak ada negara sekuler 100 persen

Sosiolog Prancis menyatakan tak ada negara sekuler 100 persen. Ilustrasi negara Prancis
Foto: EPA-EFE/IAN LANGSDON
Sosiolog Prancis menyatakan tak ada negara sekuler 100 persen. Ilustrasi negara Prancis

REPUBLIKA.CO.ID,  Banyak negara yang memisahkan antara agama dan negara. Padahal, menurut guru besar sosiologi Sekolah Tinggi Ilmu Politik  d'Aix di Aix-en-Provence, Prancis, tidak terdapat satu pun negara yang mengklaim negara mereka sekuler lalu mereka memisahkan sama sekali agama dari negara.

“Tidak ada,” katanya di sela-sela kunjungannya ke Indonesia saat seminar bertajuk State and Religion di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wawancara ini pernah diterbitkan Harian Republika, pada 2014 lalu. Berikut petikan perbincangan lengkapnya dengan Direktur Observatoire du Religieux itu.

Adakah negara sekuler murni menurut Anda?

Tidak ada. Tidak ada satu negara pun yang benar-benar penuh dalam mengaplikasikan prinsip sekularisme ini.

Negara tak mungkin berpura-pura tak tahu bahwa agama itu ada. Urusan agama memang berbeda dengan kementerian lain, seperti ekonomi dan agraria. Mereka lebih rumit dan tidak secara langsung bisa diselesaikan.

Jikalau pun ingin memisahkan antara hubungan negara dan agama, negara tersebut akan memiliki badan tersendiri yang akan memberikan pelayanan terhadap hubungan antarnegara beragama.

Justru negara sekuler akan banyak mengatur tentang agama yang dipeluk oleh masyarakatnya. Jika masalah agama masih diurusi oleh negara, berarti negara tersebut bukanlah sebuah negara sekuler sejati, bukan?

Jika ada negara yang menginginkan sekularisme diterapkan seratus persen, itu hanya fantasi. Itu jika yang dimaksud adalah pandangan sekularisme agama. Karena, sebenarnya sekularisme itu adalah metodologi untuk memperlakukan agama lain.

Sekularisme metodologi memperlakukan agama lain, maksud Anda?

Sekularisme sebenarnya bukanlah sebuah doktrin yang menyatakan bahwa tidak ada agama. Sekularisme adalah metodologi yang menganjurkan bagaimana memperlakukan semua orang dengan sama, baik dia beragama maupun tidak.

Banyak negara menerapkan sekularisme ini dengan berbeda. Indonesia berbeda dengan Prancis, berbeda pula dengan Inggris.

Lalu apa bedanya sekularisme dengan pluralisme?

Tidak ada sekularisme tanpa plularisme. Sangat tidak mungkin mengatakan dirinya sekuler, tapi ia tidak melakukan prinsip pluralisme.

Disebut sekularisme adalah saat di mana negara harus menghadapi situasi di luar pemikiran agama. Jika terjadi masalah, penyelesaiannya bukan lagi memakai dogma-dogma agama. Namun, diselesaikan dengan jalan ilmu pengetahuan.

Efek langsung dari sekularisme adalah pluralisme. Jika ada orang yang bilang bahwa dirinya sekuler tapi bukan plural, maka dia tidak tahu arti sekularisme sebenarnya.

Jika Anda tidak mau tahu dengan perbedaan agama maka itu bukanlah sekularisme. Sekularisme berarti memisahkan urusan negara dengan agama, namun tetap memperlakukan orang lain yang tidak seagama dengan kita sebagai manusia degan hak yang sama.

Banyak kesalahpahaman terjadi pada istilah sekularisme ini. Orang-orang yang mengaku sekuler, bahkan sebagian besar orang Prancis sendiri salah kaprah mendefinisikan sekularisme ini. Tindakan mereka jauh dari pluralisme, yang berarti mereka sama sekali tidak sekuler.

Banyak orang Prancis menganggap bahwa sekularisme adalah mengambil kekuasaan dan jalan yang berbeda dalam kehidupan. Ini adalah sikap pura-pura bahwa mereka memandang orang lain tidak boleh berbeda dengannya. Orang dengan agama lain dipersilakan mau beribadah atau melakukan apa pun, asalkan di rumah pribadi mereka, bukan di tempat publik.

Saya terus melawan diskriminasi yang ditujukan terhadap Muslim, bukan karena saya adalah bagian dari Muslim, namun karena saya menjunjung tinggi prinsip sekuler yang sebenarnya.

Lalu bagaimana korelasi ideal antara agama dan negara?

Saya tidak menyangkal jika ada orang yang sangat agamis. Saya tidak mau ada agama yang dilarang.

Namun, tradisi yang sangat spesifik akan menciptakan kekuatan. Kekuatan ini akan memberikan fantasi bisa mengalahkan kaum dengan tradisi yang berbeda. Sekularisme hadir untuk menengahi masalah tersebut. Ia menghambat pertumbuhan tradisi tersebut.

Tidak ada negara yang netral seratus persen. Tak ada benar-benar bisa memisahkan antara urusan agama dengan negara, karena itu tidak bisa. Ide untuk memisahkan masalah agama dengan negara ini, analogi mudahnya seperti ini.

Jika saja terjadi masalah ekonomi maka sebagai negara yang memisahkan urusan agama dan negara, ini merupakan masalah duniawi. jika memutuskan menjadi negara agama maka nanti alasan yang dipakai adalah masalah ekonomi terjadi karena hukuman Tuhan, atau menyalahkan Tuhan.   

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement