Ahad 06 Dec 2020 16:50 WIB

Pemerintah Daerah di China Mulai Pesan Vaksin Covid-19

Pemesanan dilakukan terhadap vaksin Covid-19 eksperimental buatan dalam negeri China

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
SinoVac, salah satu perusahaan farmasi China yang memproduksi salah satu kandidat vaksin Covid-19.
Foto: Ng Han Guan/AP
SinoVac, salah satu perusahaan farmasi China yang memproduksi salah satu kandidat vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Pemerintah provinsi di seluruh China memesan vaksin virus corona eksperimental buatan dalam negeri, meskipun pejabat kesehatan belum mengatakan seberapa baik vaksin tersebut bekerja atau cara menjangkau 1,4 miliar penduduk negara itu.

Industri farmasi China yang masih muda memiliki setidaknya lima vaksin dari empat produsen yang diuji di lebih dari selusin negara termasuk Rusia, Mesir, dan Meksiko. Pakar kesehatan mengatakan bahkan jika mereka berhasil, proses sertifikasi untuk Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan negara maju lainnya mungkin terlalu rumit untuk digunakan di sana. Namun, China mengatakan akan memastikan produk tersebut terjangkau oleh negara berkembang.

Baca Juga

Salah satu pengembang, China National Pharmaceutical Group atau Sinopharm, mengatakan pada November, pihaknya mengajukan permohonan persetujuan pasar akhir untuk penggunaan vaksinnya di China. Sedangkan perusahan lainnya telah disetujui untuk penggunaan darurat pada petugas kesehatan dan orang lain yang dianggap berisiko tinggi terinfeksi.

"Kami harus siap untuk produksi skala besar," kata Wakil Perdana Menteri, Sun Chunlan.

Pemerintah belum mengatakan berapa banyak orang yang akan divaksinasi. Sun mengatakan vaksinasi direncanakan untuk personel perbatasan dan populasi berisiko tinggi lainnya bulan ini.

Pemerintah China mengatakan tidak seperti vaksin Pfizer yang harus dibekukan pada suhu serendah minus 70 derajat Celcius, vaksin mereka dapat disimpan pada suhu 2 hingga 8 C. Namun, produsen China belum mengatakan cara untuk mendistribusikan.

Lebih dari 1 juta orang di China telah menerima vaksin eksperimental dengan persetujuan penggunaan darurat. Pakar kesehatan mempertanyakan mengapa China menggunakannya dalam skala besar sekarang karena wabah itu sebagian besar terkendali di dalam perbatasannya.

Pemerintah provinsi Jiangsu, tempat kota utama Nanjing berada, mengeluarkan pemberitahuan pengadaan vaksin dari Sinovac dan Sinopharm pada Rabu (2/12) untuk vaksinasi penggunaan darurat.

Pihak berwenang di provinsi Sichuan di barat, yang berpenduduk sekitar 85 juta orang, mengumumkan sudah membeli vaksin. Sebuah surat kabar resmi di provinsi Anhui, tenggara Beijing, mengatakan komite lokal mengeluarkan pemberitahuan yang menanyakan apakah penduduk menginginkan vaksin. Pengumuman Sichuan dan Anhui mengatakan vaksin, yang diberikan dalam dua kali suntikan, akan menelan biaya total 400 yuan.

Pada Oktober, provinsi Zhejiang di selatan Shanghai menawarkan vaksinasi publik di bawah otorisasi penggunaan darurat. Orang-orang yang dianggap berisiko tinggi akan mendapat prioritas.

Pejabat kesehatan sebelumnya mengatakan China akan mampu memproduksi 610 juta dosis pada akhir tahun ini dan meningkatkan hingga 1 miliar dosis tahun depan. Vaksin dari Sinovac dan Sinopharm disetujui untuk penggunaan darurat pada Juli.

Produsen lain, CanSino, sedang melakukan pengujian di Rusia, Pakistan, dan Meksiko dan mengejar kemitraan di negara-negara Amerika Latin. Vaksin yang telah digunakan dalam keadaan darurat dengan militer China, menggunakan adenovirus yang tidak berbahaya untuk membawa gen ke dalam sel manusia untuk menghasilkan respons kekebalan. Perusahaan keempat, Anhui Zhifei Longcom Biologic Pharmacy Co., sedang melakukan uji coba tahap akhir di seluruh China.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement