Senin 07 Dec 2020 01:25 WIB

Kasus Kematian Virus Corona di Iran Tembus 50 Ribu

Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 1 juta warga Iran.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Seorang Iran yang mengenakan masker wajah berjalan di jalan di Teheran, Iran, 08 November 2020. Media melaporkan bahwa Presiden Iran Rouhani pada 08 November mengungkapkan harapannya bahwa pemerintahan AS berikutnya akan kembali ke kesepakatan nuklir dan membuat kesalahan tiga tahun terakhir terhadap Iran. Biden mengalahkan Presiden AS Donald J. Trump.
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Seorang Iran yang mengenakan masker wajah berjalan di jalan di Teheran, Iran, 08 November 2020. Media melaporkan bahwa Presiden Iran Rouhani pada 08 November mengungkapkan harapannya bahwa pemerintahan AS berikutnya akan kembali ke kesepakatan nuklir dan membuat kesalahan tiga tahun terakhir terhadap Iran. Biden mengalahkan Presiden AS Donald J. Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Stasiun televisi Iran melaporkan total kasus kematian terkait virus corona di negara itu tembus 50 ribu. Penyebaran virus di negara Timur Tengah yang paling terdampak pandemi itu memang mulai melambat. Tetapi Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 1 juta warga Iran. 

Dalam beberapa hari terakhir angka infeksi virus korona di negara itu turun 10 persen. Grand Bazaar di Teheran, pusat-pusat perbelanjaan dan sejumlah toko pun sudah dibuka kembali setelah sempat ditutup selama dua pekan.

Pemerintah Iran memperingatkan situasi di Teheran dan kota lain yang sudah menurunkan tingkat kewaspadaan dari tinggi ke sedang masih 'rentan'. Kementerian Kesehatan Iran melaporkan total kasus kematian di negara itu mencapai 50.016 kasus.

Pada Sabtu (5/12) di stasiun televisi milik pemerintah, juru bicara Kementerian Kesehatan Iran Sima Sadat Lari mengatakan dalam 24 jam terakhir jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia bertambah 321 orang. Sementara jumlah kasus infeksi bertambah 12.191 orang, sehingga total kasus Covid-19 di Iran menjadi 1.028.986.  

"Kami hampir mendekati 500 kematian per hari," kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional.

Ia menambahkan risiko di 64 dari 160 kota yang berada di zona merah dua pekan lalu masih tinggi. Ia memperingatkan  bila masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan, Teheran dapat kembali masuk 'zona merah' dalam satu atau dua pekan ke depan.

Pada 21 November lalu sebagian besar kota besar di Iran seperti Teheran, Isfahan, Shiraz dan Mashhad memperketat peraturan pembatasan sosial. Bisnis barang atau jasa non-esensial seperti restoran, mal dan toko-toko ditutup.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement