REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon menarik sebagian besar pasukan Amerika Serikat (AS) keluar dari Somalia atas perintah Presiden Donald Trump, Jumat (4/12). Langkah ini menjadi upaya terbaru menurunkan keterlibatan AS dalam misi kontraterorisme di luar negeri.
Jenderal Angkatan Darat dan Kepala Komando Afrika AS, Stephen Townsend, mengatakan kontingen AS di Somalia akan menurun secara signifikan. "Pasukan kami akan tetap berada di wilayah tersebut dan tugas serta komitmen kami kepada mitra tetap tidak berubah,” katanya.
Kementerian Pertahanan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mayoritas pasukan dan aset AS di Somalia akan ditarik pada awal 2021. Saat ini ada sekitar 700 tentara di negara Tanduk Afrika itu.
"Tindakan ini bukan penarikan diri dan mengakhiri upaya kami, tetapi reposisi untuk melanjutkan upaya kami di Afrika Timur," ujar Townsend.
Pasukan AS di Somalia bertugas melatih dan menasihati pasukan lokal melawan kelompok ekstremis al-Shabab, afiliasi dari Alqaeda. Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark Milley, menyatakan struktur masa depan kehadiran militer AS di Somalia masih dalam perdebatan.
"Jejak yang relatif kecil, biaya yang relatif rendah dalam hal jumlah personel dan uang," ujar Milley menyinggung Somalia tetap menjadi tempat yang berbahaya bagi warga AS. Dia mengatakan bahwa seorang perwira CIA terbunuh di sana baru-baru ini.
Sebuah laporan pengawas Departemen Pertahanan pekan lalu mengatakan Komando Afrika AS telah melihat perubahan definitif tahun ini dalam fokus al-Shabab untuk menyerang kepentingan AS di wilayah tersebut. Komando Afrika mengatakan al-Shabab adalah ancaman Afrika yang paling berbahaya dan dekat.