REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Amirul mu’minin Ali bin Abu Thalib RA tidak menunjuk siapa pun untuk menggantikan dirinya sebagai khalifah kaum Muslimin. Namun pada saat itu sebagian orang berinisiatif menunjuk cucu Rasulullah ﷺ, Al-Hasan.
Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, beberapa saat setelah Ibnu Muljam menikam Ali, penduduk Irak meminta kepadanya permintaan untuk menunjuk pengganti. "Tunjuklah khalifah pengganti engkau untuk memimpin kami!"
لَا , وَلَكِنِّي أَتْرُكُكُمْ إِلَى مَا تَرَكَكُمْ إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالُوا : فَمَا تَقُولُ لِرَبِّكَ إِذَا لَقِيتَهُ ؟ قَالَ : أَقُولُ : اللَّهُمَّ تَرَكْتَنِي فِيهِمْ ، ثُمَّ قَبَضْتَنِي إِلَيْكَ وَأَنْتَ فِيهِمْ فَإِنْ شِئْتَ أَصْلَحْتَهُمْ , وَإِنْ شِئْتَ أَفْسَدْتَهُمْ
"Tidak! Aku tidak akan menunjuk seorang pun sebagai penggantiku, tetapi aku akan meninggalkan kalian sebagaimana dahulu Rasulullah meninggalkan kalian," kata Ali menjawab permintaan mereka.
Tidak puas dengan jawaban demikian, mereka bertanya lagi: "Lantas, apa yang akan engkau katakan kepada Rabbmu saat menghadap Dia nanti?"
Dengan lugas, Ali menjawabnya: "Akan aku katakan; Ya Allah, Engkau telah menempatkanku di tengah-tengah mereka seperti yang Engkau kehendaki; dan setelah Engkau mewafatkanku, Engkaulah yang menangani urusan mereka. Jika Engkau berkehendak, Engkau dapat mendamaikan mereka; namun jika Engkau berkehendak lain, Engkau dapat menghancurkan mereka." (HR Ahmad).
Dalam riwayat lain Ali mengatakan: "Akan aku katakan; Ya Allah, Engkau telah menjadikanku sebagai khalifah di tengah mereka seperti yang Engkau kehendaki; dan setelah Engkau mewafatkanku, aku serahkan mereka kepada Engkau." (Kasyful Astar an Zawaid al-Bazzar).
Setelah Ali meninggal dunia, al-Hasan mensholatkan jenazahnya, dia bertakbir empat kali. Setelah itu, dia menguburkan jenazah sang ayah di Kufah.
Setelah proses pemakaman Ali bin Abu Thalib selesai, sebagian orang mengambil inisiatif untuk membaiat al-Hasan menjadi Khalifah pengganti ayahnya. Orang yang pertama kali membaiat al-Hasan adalah Qais bin Sa'ad.
Ketika itu, Qais berkata kepadanya: "Ulurkan tanganmu, aku membaiatmu, (bahwa aku) akan selalu menegakkan Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya. Dan, aku akan ikut memerangi siapa pun yang melanggar apa-apa yang diharamkan Allah."
Mendengar perkataan demikian, al-Hasan meralatnya: "Kamu cukup mengatakan: 'Aku membaiatmu, (bahwa aku) akan selalu menegakkan Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya', karena kedua hal inilah landasan semua syarat yang ditetapkan bagi orang yang berbaiat."
Qais bin Sa'ad pun membaiat al-Hasan dengan mengucapkan dua hal itu saja, dan tidak menyebutkan hal lainnya. Kemudian, orang-orang ikut membaiat al-Hasan. (Tarikh ath-Thabari).
Sebelum al-Hasan bin Ali menerima baiat dari penduduk Irak, dia menetapkan satu syarat kepada mereka. Al-Hasan berkata: "Demi Allah, aku tidak akan menerima baiat ini kecuali kalian bersedia memenuhi syarat yang kuajukan." "Syarat apa itu?" tanya mereka.
"Kalian harus berdamai dengan siapa pun yang kuajak berdamai, dan harus memerangi siapa pun yang kuperangi," tegasnya. (Thabaqat Ibnu Sa'ad).
Dengan syarat tersebut, dapat dilihat bagaimana langkah pertama al-Hasan dalam merumuskan perdamaian dengan Mu'awiyah, langsung setelah dia dibaiat sebagai khalifah.
Penduduk Irak menyetujui permintaan al-Hasan tadi, dan dengan itu pula cucu Rasulullah ini mau menerima pembaiatan orang-orang Irak, baik dari kalangan masyarakat biasa maupun dari kalangan pejabat yang diangkat ayahnya dahulu.
Setelah itu, dia langsung menjalankan tugasnya sebagai khalifah, dia mengatur struktur pemerintahan, menunjuk para pejabat gubernur, membentuk pasukan, menetapkan alokasi hibah negara kepada orang-orang yang berhak, dan menaikkan tunjangan bagi pasukan yang ikut berjihad hingga simpati mereka pun mengalir kepadanya.