Senin 07 Dec 2020 13:28 WIB

Masa Tanggap Darurat Gunung Semeru Diperpanjang

Masih banyak sisa tumpukan material di sekitar Gunung Semeru bisa jadi lahar dingin.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Bilal Ramadhan
 Penduduk desa memeriksa daerah yang terkena dampak letusan Gunung Semeru, di Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, Kamis, 3 Desember 2020.
Foto: AP / Trisnadi
Penduduk desa memeriksa daerah yang terkena dampak letusan Gunung Semeru, di Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, Kamis, 3 Desember 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Masa tanggap darurat Gunung Semeru diperpanjang sampai 14 Desember 2020. Langkah ini dilakukan karena aktivitas Semeru masih fluktuatif, Senin (7/12).

Kabid Penanggulangan Bencana dan Logistik, BPBD Kabupaten Lumajang, Wawan Hadi mengatakan, saat ini Gunung Semeru masih mengembuskan beberapa letusan. Terakhir, terjadi juga lontaran lava pijar sejauh 750 meter. Setelah itu, terdapat pula guguran awan kurang lebih 100 meter, Ahad (6/12).

"Itu setiap hari seperti itu, tapi yang kita khawatirkan jarak luncurnya di atas 3.000 meter. Ini yang bahaya, tapi secara perlahan luncurannya mulai pendek," kata Wawan saat dihubungi wartawan, Senin (7/12).

Hal yang paling dikhawatirkan saat ini dari aktivitas Semeru, yakni bahaya sekunder. Pasalnya, masih terdapat banyak sisa tumpukan material di sekitar Gunung Semeru. Hujan besar dan berdurasi lama berpotensi mengubah sisa tersebut menjadi lahar dingin.

"Makannya kalau hujan, tim pasti memberikan warning ke warga di sepanjang DAS itu," ucapnya.

Menurut Wawan, warga selalu kembali ke tempat pengungsian setiap sore. Kemudian pulang ke rumah pada pagi untuk membersihkan rumah dan beraktivitas seperti biasanya. Kebijakan ini diberikan karena aktivitas Semeru masih fluktuatif hingga sekarang.

Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), telah teramati sinar api 50 sampai 100 meter dari kawah aktif Gunung Semeru. Kemudian terdengar dua kali suara gemuruh dari kawah. Data ini terekam pada Senin (7/12) mulai pukul 00.00 sampai 06.00 WIB.

Pada aspek kegempaan, Gunung Semeru mengalami dua kali letusan. Amplitudonya sekitar 10 sampai 19 milimeter (mm) dengan durasi 60 sampai 62 detik. Kemudian guguran di Gunung Semeru terjadi sebanyak lima kali dengan amplitudo tiga sampai delapan mm dan berdurasi 75 sampai 150 detik.

Gunung Semeru dilaporkan mengalami dua kali hembusan dengan amplitudo lima sampai tujuh mm dan berdurasi 40 sampai 55 detik. Lalu juga terjadi dua kali tremor harmonik dengan amplitudo tujuh sampai delapan mm dan berdurasi 995 sampai 1.300 detik.

Saat ini status Gunung Semeru masih berada pada level dua atau waspada. Meski demikian, masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius satu km dari kawah/puncak Gunung Semeru. Kemudian tak diperkenankan mendekati lokasi dalam jarak empat km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.

Selanjutnya, warga juga diminta untuk mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar. Hal ini terutama di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

Poin berikutnya, masyarakat diimbau menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas. Hal itu karena saat ini suhu material masih tinggi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement