REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Jeje Zaenudin mengatakan sangat prihatin dan menyampaikan duka mendalam atas insiden yang menelan korban jiwa dari pihak Laskar FPI, apa pun alasan dari insiden itu.
"Kami yakin jika semua pihak dapat menahan diri dan mengedepankan dialog dan rekonsiliasi, insiden buruk seperti itu dapat terhindarkan," ujar dia kepada Republika..co.id, Senin (7/12).
Jeje berpandangan bahwa bagaimanapun keselamatan jiwa warga negara adalah hukum tertinggi yang wajib diprioritaskan. Sedangkan aparat kepolisian adalah pemegang tanggungjawab terdepan dalam menjaga, melindungi dan mengayomi masyarakat.
"Kami sangat berharap penanganan hukum atas insiden ini dilakukan dengan benar-benar adil dan transparan sehingga tidak ada peluang untuk menjadi isu bola api yang membakar emosi massa dan membahayakan terhadap kesatuan dan persatuan bangsa," ujar dia.
Jeje juga berharap dan mengajak seluruh pihak dan masyarakat untuk menahan diri dari agitasi maupun provokasi yang mungkin muncul dari kabar yang simpang siur atas insiden tersebut.
"Semoga bangsa Indonesia diberi kesehatan dan keselamatan dan dijauhkan dari fitnah perpecahan yang merugikan diri dan bangsa kita sendiri,” kata dia.
Secara terpisah, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran, menjelaskan, kejadian itu terjadi pada Senin dini hari sekitar pukul 00.30 WIB di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 50.
Kejadian berawal saat petugas menyelidiki informasi soal pengerahan massa saat dilakukan pemeriksaan terhadap HRS di Mapolda Metro Jaya.
"Ketika anggota Polda Metro Jaya mengikuti kendaraan yang diduga adalah pengikut MRS, kendaraan petugas dipepet, lalu kemudian diserang dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam," kata Fadil.
Secara terpisah, pengacara Front Pembela Islam (FPI), Sugito Atmo Prawiro, mengatakan kejadian yang sebenarnya, bukan FPI yang mendahului menyerang, justru pihaknya yang ditembaki.
"Kami tidak tahu siapa yang menembaki itu. Kami tak kenal. Namun, yang jelas sekarang yang meninggal enam orang. Pihak Kapolda dalam rilisnya menyatakan seakan ada penyerangan dari laskar FPI. Padahal tidak begitu, kami malah diserang,'' kata Sugito Atmo ketika dihubungi siang ini, Senin (7/12).
Menyinggung barang bukti dari pihak kepolisian berupa pistol beserta peluru, Sugito membantah bila itu milik laskar FPI. "Setahu saya, laskar FPI tidak pernah ada dan tidak diperbolehkan punya pistol. Sekarang kok tiba-tiba ada barang bukti pistol itu, ada apa? Pistol siapa itu,'' ujarnya lagi.
Melihat ketidakpastian ini, Sugito kemudian mendesak agar segera dibentuk tim independen untuk mencari tahu kejelasan dari peristiwa tersebut. ''Jadi untuk objektivitas maka harus dibentuk tim independen. Untuk memastikan siapa pelaku dan siapa yang memulai,'' katanya.