REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kasus terkonfirmasi dari salah satu lingkungan pesantren di Kota Tasikmalaya terus bertambah. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan menyebut, hingga saat ini total kasus terkonfirmasi dari satu pesantren di Kecamatan Cibeureum itu sudah lebih dari 200 orang.
"Terakhir sudah di atas 200 orang," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (7/12).
Kendati kasus di lingkungan pesantren itu terus bertambah, penanganan kepada pasien relatif dapat berjalan dengan baik. Seluruh pasien yang terkonfirmasi telah diisolasi di salah satu gedung di lingkungan pesantren tersebut.
Menurut Ivan, pesantren itu memang dijadikan proyek percontohan (pilot project) program pesantren tangguh Covid-19. Sebab, penanganan Covid-19 di lingkungan pesantren itu dapat dilakukan secara mandiri.
"Karena lahannya luas, sehingga ada gedung yang terpisah yang dijadikan tempat karantina," kata dia.
Ia menambahkan, Dinas Kesehatan juga terus melakukan pengawasan karantina pasien yang ada di pesantren itu. Sementara para santri yang telah dinyatakan negatif, dapat menjalani kegiatannya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
"Aktivitas dengan pihak luar memang sangat dibatasi. Namun yang negatif bisa tetap berjalan kegiatan, karena yang positif sudah dipisahkan. Jangan sampai kegiatan pesnatren terganggu signifikan, tapi aman juga dari penularan Covid-19," kata dia.
Ia berharap, pesantren lainnya juga harus dapat mengikuti penanganan kasus Covid-19 yang dilakukan di pesantren itu. Pesantren harus tangguh dalam mencegah penularan Covid-19 di lingkungannya sendiri.
Artinya, ia menjelaskan, pesantren perlu memiliki kesadaran memiliki satgas sendiri untuk mengawasi protokol kesehatan di lingkungan internal. Kemudian, ketika ada kasus terkonfirmasi, sudah ada ruangan yang disediakan untuk melakukan karantina mandiri.
Dengan begitu, kasus dari lingkungan pesantren tak menambah beban layanan tempat isolasi terpusat yang ada di Kota Tasikmalaya. Apalagi, kondisi ruang isolasi yang ada saat ini sudah penuh.