REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekertaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengungkapkan Habib Rizieq Shihab (HRS) telah diintai sejak beberapa hari sebelum insiden pengadangan terjadi Senin (7/11). Munarman menyebut pengintaian dilakukan pakai peralatan canggih.
Munarman menyampaikan pengintai HRS terdeteksi pada Jumat pekan lalu. Namun ia enggan berspekulasi soal pihak mana yang mengintai.
"Ada beberapa pengintai yang ditugaskan oleh institusi resmi negara. Saya tidak mau sebut. Oleh institusi resmi negara ditugasnya mengintai 24 jam mereka menggunakan drone dan perlengkapan canggih lainnya," kata Munarman dalam konferensi pers di markas FPI pada Senin (7/12).
Munarman mengatakan FPI berhasil mendeteksi keberadaan pengintai karena terjebak dengan cara tidak profesional. Sehingga komunikasi penjaga markas dengan para pengintai dapat terlacak.
"Ada tiga orang berhasil dikomunikasikan dan kita dapatkan datanya. Identitas dan ternyata sebagian itu bukan terjadi di Megamendung, tapi di Petamburan sini," ujar Munarman.
Pengintaian juga terjadi di rumah HRS di Sentul, Bogor. Munarman memperkirakan ada sekitar 30 orang pengintai HRS di sana. "Diintai sampai 25 jam kalau bisa," sebut Munarman.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya mengklaim terjadi insiden baku tembak dengan pengawal HRS di jalan tol pintu Kerawang Timur pada Senin (7/12) dini hari. Insiden itu menyebabkan enam pengawal HRS meninggal. Di sisi lain, FPI membantah pengawal HRS yang lebih dulu memepet mobil tim pengintai. FPI menyesalkan insiden ini dan membantah kepemilikan senjata api pengawal HRS.