Senin 07 Dec 2020 18:03 WIB

UU Ciptaker Terkait JPH akan Permudah Sertifikasi Halal

Peran MUI sebagai otoritas fatwa kehalalan produk tidak dihilangkan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Fuji Pratiwi
Logo halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) terpampang dipintu masuk salah satu restoran cepat saji (ilustrasi). Melalui UU Cipta Kerja, pemerintah menjamin kemudahan sertifikasi halal.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Logo halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) terpampang dipintu masuk salah satu restoran cepat saji (ilustrasi). Melalui UU Cipta Kerja, pemerintah menjamin kemudahan sertifikasi halal.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Undang-undang No 11/2020 tentang Cipta Kerja (UU Ciptaker) mengatur juga tentang Jaminan Produk Halal (JPH). Melalui undang-undang ini, pemerintah menjamin kemudahan sertifikasi halal.

Sekretaris Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, M Lutfi Hamid mengatakan, aturan produk halal ini penting karena 85 persen penduduk di Indonesia adalah Muslim. Sertifikasi halal tidak menghilangkan substansi kehalalan. 

Baca Juga

Ia mengatakan, ada 22 pasal yang diubah dan 2 pasal tambahan dalam UU Cipta Kerja. Aturan ini tak menghilangkan MUI sebagai lembaga pemberi fatwa sertifikasi halal.

Di UU Cipta Kerja, kata dia, auditor harus menguasai aspek kesyariahan. Fatwa halal tetap ditetapkan oleh MUI. Namun peran masyarakat dan perguruan tinggi pun diberikan. Ini dilakukan, agar ekosistem halal bisa dibangun dengan menumbuhkan seluruh elemen bangsa.

"Kami ingin menumbuhkan peran serta masyarakat dan lembaga keagamaan. Mereka didorong untuk berperan," kata Lutfi dalam kegiatan serap aspirasi UU Cipta Kerja di Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12).

Lutfi mengatakan, melalui kebijakan tersebut, akan tumbuh lembaga pemeriksa kehalalan. Semua berbasis regulasi dengan penyederhanaan perizinan.

UMK, kata dia, selalu dianggap sebagai usaha yang tak bisa menjaga kehalalanya. Negara akan hadir melalui pembinaan dan memberikan garansi kehalalan produk. 

Ia melanjutkan, auditor juga harus menjaga. Begitu juga, perguruan tinggi dengan keilmiahannya akan menjaga kehalalan produk sehingga UMK mampu bersaing dengan produk dari luar. Proses sertifikasinya pun akan di dorong tanpa.

Terkait perpanjangan sertifikat halal, menurut Lutfi, prosesnya akan dipermudah. Dulu, sertifikat halal berlaku dua tahun. Namun sekarang, kalau tak ada perubahan komposisi halal maka pengawas bisa langsung mengeluarkan sertifikatnya.

"Cukup inspeksi saja kalau tak ada perubahan bisa langsung terbit sertifikat halalnya. Ini berlaku empat tahun," kata Lutfi.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement