REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pengiriman vaksin virus corona yang dikembangkan oleh Produsen Amerika Serikat, Pfizer dan BioNTech Jerman dikirim ke Inggris pada Ahad (7/12) kemarin. Vaksin ini akan digunakan dalam program imunisasi yang diawasi ketat.
Sekitar 800 ribu dosis vaksin diharapkan tersedia untuk dimulainya program imunisasi pada Selasa (8/12). "Untuk mengetahui bahwa mereka ada di sini, dan kami termasuk negara awal yang benar-benar menerima vaksin, yang pertama di dunia, sungguh menakjubkan, saya sangat bangga," kata Louise Coughlan, kepala apoteker gabungan di Croydon Health Services National Health System (NHS) Trust.
Menteri Kesehatan Matt Hancock bahkan menjuluki hari tersebut sebagai V-Day atau Victory Day yang identik dengan istilah pada masa perang dunia. Pekan lalu, Inggris menjadi negara pertama yang mengotorisasi vaksin Pfizer-BioNtech untuk penggunaan darurat. Dalam uji coba, vaksin itu terbukti memiliki kemanjuran sekitar 95 persen.
Vaksinasi akan diberikan mulai Selasa di sekitar 50 pusat rumah sakit di Inggris. Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara juga akan memulai peluncuran vaksinasi mereka pada hari yang sama.
Pemerintah dan badan kesehatan di seluruh dunia akan memantau program vaksinasi Inggris, yang akan memakan waktu berbulan-bulan, untuk mencatat keberhasilan dan kegagalannya, serta menyesuaikan rencana Vaksinasi di tiap negara.
"Terlepas dari kerumitan yang sangat besar, rumah sakit akan memulai fase pertama kampanye vaksinasi berskala terbesar dalam sejarah negara kita mulai Selasa," kata Profesor Stephen Powis, Direktur Medis Nasional NHS Inggris.
Otoritas regulasi Inggris juga memeriksa data uji coba vaksin dari perusahaan bioteknologi Amerika Moderna dan AstraZeneca-Oxford University.
AS baru berharap untuk memulai vaksinasi akhir bulan ini. Rusia sudah mulai memvaksinasi ribuan dokter, guru, dan lainnya dengan vaksin Sputnik V buatan Rusia di lusinan pusat kesehatan di Moskow pada Sabtu, yang disetujui selama musim panas setelah diuji hanya pada beberapa lusin orang.