Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen di STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Syekh Badruddin al-Hasani adalah seorang imam, waliyyullah, muhaddits, faqih, dan alim yang multitalenta. Ia merupakan keturunan Imam al-Hasan bin Ali alaihimassalam.
Konon, tidak ada ulama setelah al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani yang lebih alim darinya. Bahkan, ia tidak hanya menguasai ilmu-ilmu syariat melainkan juga ilmu-ilmu yang dikatakan ilmu duniawi seperti kimia, biologi, dan sebagainya.
Pemilik nama lengkap Sayyid Badruddin al-Hasani ini mengajar di Masjid Umawi, Damaskus Suriah. Dia mengajar beragam disiplin ilmu. Beliau mendapat gelar “khatimah al-huffaz dan al-muhadditsin” yang bermaksud penutup kepada para ulama Hadis yang terkemuka. yekh Badruddin bukan alim biasa.
Ia seorang al-‘arif billah yaitu sosok yang mengenal Allah SWT dengan sesungguhnya. Karena itu berbagai sikap, ucapan, dan penggalan-penggalan biografinya sangat pantas dan mesti menjadi teladan bagi setiap Muslim. Di antaranya adalah kisah berikut ini:
Di suatu pagi, tepatnya pagi hari raya Idul Fitri, Syekh Badruddin berkata pada salah seorang muridnya: “Ananda, tolong bawa kantong-kantong berisi uang ini dan pergilah ke bait ‘umumiy (sebutan halus untuk tempat prostitusi).”
Sang murid yang juga seorang alim itu kaget bukan main. “Apa saya tidak salah dengar, Syaikhana? Ke bait ‘umumiy?” “Ya, benar… ke bait ‘umumiy.”
“Bagaimana mungkin saya masuk ke sana? Apa nanti kata orang?” kata muridnya. “Lakukan saja apa yang aku minta, anakku. Bawa kantong berisi uang ini dan pergilah ke bait ‘umumiy,” jawab Syekh.
“Apa yang mesti saya lakukan di sana, Syaikhana?” Sang Syekh menjawab, “Setiba di sana, ketuk pintu, dan temui para wanita di sana.”
“Para pezina itu?” “Ya, merekam,” ujar Syekh menjawab lagi. “Lalu?,” tanya murid. “Kau bawa kantong-kantong uang ini dan berikan pada mereka. Lalu sampaikan bahwa uang ini dari Syekh Badruddin al-Hasani dan ia minta kalian mendoakannya,” ujar Syekh.
Pergilah sang murid yang alim dan faqih itu menjalankan perintah sang guru tercinta. Setiba di sana, para wanita PSK itu tertawa-tawa melihat seorang syekh dengan penampilan faqih datang ke tempat mereka.
“Ada yang bisa dibantu, Tuan Guru?” kata salah seorang mereka sambil tersenyum sinis.
“Saudariku, ini ada uang untuk kalian,” kata sang murid. “Untuk kami?,” jawab para wanita PSK kompak. “Ya, untuk kalian.”
“Siapa yang memberi?,” para PSK kembali bertanya. Sang Murid menjawab, “Syekh Badruddin al-Hasani.”
“Syekh Badruddin?” ucap mereka kaget. Sebagian dari mereka tanpa sadar meneteskan air mata karena terharu. “Dan beliau meminta doa dari kalian.”
“Doa dari kami?,” kata para wanita penghuni rumah bordir itu tidak percaya.
Semua menangis. Saat itu juga mereka segera bertaubat dari perbuatan keji yang selama ini mereka tekuni.
Yang jadi pertanyaan, mengapa Syekh Badruddin meminta doa dari wanita-wanita ‘kotor’ itu? Permintaan doa dari Syekh Badruddin pada mereka bukanlah sesuatu yang bersifat basa-basi. Beliau sungguh-sungguh memohon doa dari mereka. Tapi mengapa mesti dari mereka? Bukankah diri mereka sendiri masih kotor? Disinilah rahasia kearifan seorang waliyyullah.
Tak jarang ketika seseorang berdoa, ia merasa bahwa doanya ‘layak’ dikabulkan Allah SWT karena ibadah dan kesalehannya. Perasaan merasa ‘berhak’ ini yang justru membuat doa sulit untuk dikabulkan.
Sementara kalau yang berdoa adalah wanita-wanita itu, tentu mereka tidak merasa bahwa doa mereka layak dikabulkan, sehingga mereka akan berdoa dengan penuh kerendahan hati. Doa dari hati-hati seperti inilah yang berpotensi besar dikabulkan Allah SWT.