Senin 07 Dec 2020 20:26 WIB

Terapkan Ayat Khusus Orang Kafir untuk Muslim, Bolehkah?

Ayat-ayat khusus kafir tak serta merta bisa untuk orang Islam

Ayat-ayat khusus kafir tak serta merta bisa untuk orang Islam. Ilustrasi Alquran
Foto: pxhere
Ayat-ayat khusus kafir tak serta merta bisa untuk orang Islam. Ilustrasi Alquran

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran tidak hanya diturunkan untuk orang-orang yang beriman saja, tapi untuk seluruh manusia, mukmin dan kafir. Karena itu, Allah SWT terkadang menggunakan pola bertutur (khitab):

“Hai orang-orang beriman…”, dan terkadang menggunakan khitab: “Hai manusia…”. Kata ‘manusia’ bersifat sangat umum. Bahkan ada ayat yang secara khusus ditujukan untuk orang-orang kafir, sebagaimana dalam surat al-Kafirun.   

Baca Juga

Hanya yang perlu menjadi catatan adalah tidak semua ayat bisa ‘dipasangkan’ untuk semua orang. Ayat-ayat dalam surat al-Kafirun, misalnya, tidak bisa dan tidak boleh dipasangkan untuk orang-orang beriman, karena khitab di dalam ayat itu jelas tertuju untuk orang-orang kafir. 

Begitu juga, ayat-ayat yang ditujukan kepada orang-orang beriman tidak bisa dipasangkan kepada orang-orang kafir. Demikian seterusnya. 

Kesalahan dalam hal ini berdampak sangat fatal. Inilah yang menjadi faktor utama munculnya pemahaman Khawarij yang sejak dulu telah mendatangkan bencana terhadap umat Islam itu sendiri. Bahkan, sampai hari ini pemahaman seperti itu tetap ada, walau dengan nama dan bungkus yang berbeda.

Dalam Shahih Bukhari, Nafi’ maula Ibnu Umar ra mengatakan, Ibnu Umar melihat bahwa Haruriyyah (Khawarij) adalah makhluk Allah yang paling buruk (شرار خلق الله). Mengapa? 

إنهم انطلقوا إلى آيات نزلت في الكفار فجعلوها على المؤمنين "Mereka baca ayat-ayat yang turun terkait dengan orang-orang kafir lalu mereka pasangkan terhadap orang-orang beriman." 

Contoh lain, hadits yang juga diriwayatkan Imam Bukhari. Suatu ketika ada seorang laki-laki datang menemui Ibnu Mas’ud. Ia berkata, “Saya melihat di masjid ada seseorang yang menafsirkan sebuah ayat dengan pikirannya semata. Ia menafsirkan ayat ini:  

يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ “Pada hari ketika langit membawa kabut yang jelas.”

Menurutnya tafsir ayat ini adalah pada hari kiamat nanti akan datang asap yang menyebabkan setiap manusia yang menghirupnya akan mati.” 

Mendengar hal itu, Ibnu Mas’ud berkata: “Siapa yang memiliki ilmu tentang sesuatu silahkan sampaikan. Tapi siapa yang tidak tahu hendaklah ia mengatakan, “Allahu a’lam.” Di antara tanda seseorang itu berilmu adalah ia berani berkata “Allahu a’lam” untuk sesuatu yang tidak ia ketahui.” 

Ibnu Mas’ud melanjutkan, “Ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Quraisy yang tidak juga mau menerima dakwah Nabi. Nabi SAW kemudian mendoakan mereka menderita kekeringan seperti kekeringan yang terjadi di masa Nabi Yusuf. Mereka mengalami paceklik dan kesulitan hingga di antara mereka ada yang makan tulang-belulang. Karena begitu beratnya kondisi yang mereka alami, sampai-sampai diantara mereka ketika melihat ke langit seolah-olah ia melihat asap. Lalu Allah menurunkan ayat: 

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ- الدخان: 10  “Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang jelas.”  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement