Selasa 08 Dec 2020 12:28 WIB

Korea Selatan akan Beli Jutaan Dosis Vaksin Covid-19

Pengiriman vaksin akan dimulai paling lambat Maret tahun depan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Pemerintah Korea Selatan (Korsel) telah menandatangani kesepakatan untuk menyediakan vaksin virus corona untuk 44 juta penduduk pada 2021, Senin (7/12) waktu setempat. Sejumlah vaksin dari perusahaan farmasi ternama bakan tiba di Korsel untuk tahun depan.
Foto: EPA
Pemerintah Korea Selatan (Korsel) telah menandatangani kesepakatan untuk menyediakan vaksin virus corona untuk 44 juta penduduk pada 2021, Senin (7/12) waktu setempat. Sejumlah vaksin dari perusahaan farmasi ternama bakan tiba di Korsel untuk tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan (Korsel) telah menandatangani kesepakatan untuk menyediakan vaksin virus corona untuk 44 juta penduduk pada 2021, Senin (7/12) waktu setempat. Sejumlah vaksin dari perusahaan farmasi ternama bakan tiba di Korsel untuk tahun depan.

Menteri Kesehatan Park Neung-hoo mengatakan, pemerintah telah mengatur untuk membeli 20 juta dosis masing-masing dari AstraZeneca, Pfizer dan Moderna. Sementara 4 juta dosis lainnya dari Janssen Johnson & Johnson. Semuanya itu cukup untuk menutupi hingga 34 juta orang.

Baca Juga

Dia mengatakan, dosis tambahan untuk 10 juta orang akan diperoleh melalui proyek vaksin global Organisasi Kesehatan Dunia, yang dikenal sebagai COVAX. "Kami awalnya berencana untuk mengamankan vaksin untuk 30 juta orang tetapi memutuskan untuk membeli lebih banyak, karena ada ketidakpastian atas keberhasilan calon vaksin dan persaingan yang ketat antar negara untuk pembelian awal," kata Menkes Neung-hoo seperti dikutip laman Channel News Asia, Selasa (8/12).

Pengiriman vaksin akan dimulai paling lambat Maret tahun depan. Namun pihak berwenang akan mengamati bagaimana vaksin bekerja di negara lain selama beberapa bulan untuk memastikan keamanan. Vaksinasi luas kemungkinan besar akan dimulai pada paruh kedua tahun depan.

Terlepas dari lonjakan kasus saat ini, keberhasilan relatif Korsel dalam meredam gelombang sebelumnya berarti pemerintah tidak perlu terburu-buru memberikan vaksin. "Kami tidak melihat kebutuhan untuk segera memulai vaksinasi tanpa memastikan bahwa risiko vaksin telah diverifikasi," katanya.

Vaksin pertama kemungkinan besar akan diberikan kepada pekerja medis, orang tua dan orang yang rentan secara medis, dan pekerja sosial. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan 594 kasus virus corona baru pada tengah malam Senin (7/12) waktu setempat, sehingga total negara kasus di seluruh negara menjadi 38.755, sementara sekurangnya 552 orang meninggal dunia karena virus.

Tidak seperti dua gelombang infeksi sebelumnya di Korsel, yang sebagian besar berfokus pada beberapa fasilitas atau acara, gelombang baru ini didorong oleh kelompok yang lebih kecil dan lebih sulit dilacak di dalam dan sekitar ibu kota padat penduduk Seoul. Wakil Menteri Kesehatan Kang Do-tae mengatakan pemerintah tidak dapat melacak asal dari 26 persen dari semua kasus.

Pemerintah juga kesulitan melacak tingkat kepositifan yang melonjak hampir empat kali lipat dalam sebulan menjadi sekitar 4 persen. "Jika jarak sosial tidak diterapkan dengan benar, wabah di wilayah Seoul yang lebih besar akan menyebabkan penularan yang lebih besar secara nasional," kata Kang pada pertemuan pejabat kesehatan menurut transkrip dari kementerian kesehatan.

Otoritas kesehatan memperkirakan kasus harian akan berkisar antara 550 dan 750 pekan ini. Kemungkinan melonjak hingga 900 pekan depan.

Jika prediksi seperti itu akurat, Kang mengatakan sistem kesehatan negara itu mungkin runtuh. "Mungkin ada situasi berbahaya di mana menjadi sulit tidak hanya untuk merawat pasien Covid-19 tetapi juga untuk menyediakan layanan medis penting," katanya.

Presiden Korsel Moon Jae-in menyerukan pengujian virus korona yang diperluas dan pelacakan yang lebih menyeluruh karena infeksi terus meningkat meskipun pemberlakuan langkah-langkah jarak sosial yang semakin ketat. Sementara itu, Park mengatakan Seoul saat ini tidak dalam pembicaraan untuk membeli vaksin dari Rusia atau China.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement