REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan pesan yang berpotensi untuk menyelamatkan ribuan nyawa selama musim liburan, yaitu jangan berpelukan. Kepala Bidang Kedaruratan WHO, Michael Ryan, mengatakan bahwa tingkat kasus dan kematian akibat infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) yang mengejutkan, salah satunya di Amerika Serikat (AS), membuat orang-orang tetap harus menjaga jarak.
Tidak berdekatan dengan mereka yang dicintai bukan berarti negatif. Ryan menyebut, justru ini menjadi hal yang dibutuhkan selama pandemi.
“Sejujurnya, mengejutkan melihat satu hingga dua orang meninggal dalam satu menit di AS, negara dengan sistem kesehatan dan teknologi yang luar biasa,” ujar Ryan dalam sebuah pernyataan pada Senin (7/12).
AS saat ini menyumbang sepertiga dari seluruh kasus Covid-19 di dunia. Berdasarkan data dari Johns Hopkins University, negara adidaya itu telah mencatat lebih dari 280 ribu kematian akibat infeksi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19.
Dalam sebuah konferensi pers, Ryan menjawab pertanyaan mengenai apakah pelukan dapat dianggap sebagai kontak dekat, yang dinilai sebagai potensi tinggi penularan Covid-19. Sementara itu, Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, mengatakan sebagian besar penularan terjadi di antara orang-orang yang cenderung menghabiskan banyak waktu bersama berbagi makanan dan ruang dalam ruangan, di tempat kerja atau di rumah.
Namun, terkadang sulit untuk menguraikan bagaimana sebenarnya virus corona penyebab Covid-19 tersebar. Ryan mengatakan kenyataan bahwa berpelukan antara orang-orang tersayang harus dihindari saat ini memang mengerikan, namun menjadi kenyataan yang tak diinginkan di banyak negara dunia, seperti Amerika.
Pada November, Kepala Petugas Medis Inggris Chris Whitty juga memberi tahu masyarakat di negara itu bahwa mereka tidak boleh memeluk atau mencium kerabat lansia selama musim liburan tahun ini. Bukan berarti tak sayang, itu justru akan membuat lansia terhindar dari risiko Covid-19 dan tentunya kematian akibat penyakit.
Direktur Vaksin WHO, Kate O’Brien, memperingatkan bahwa meskipun kampanye imunisasi baru untuk memerangi Covid-19 akan membantu memperlambat pandemi, memiliki vaksin tidak akan menjadi peralihan yang berarti pandemi terhenti secara otomatis. Pekan lalu, Inggris menjadi negara Barat pertama yang menyetujui vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech.
Negara itu siap untuk mulai melakukan vaksinasi yang pertama ditujukan pada populasi berisiko pada hari ini (8/12). O'Brien mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki kekhawatiran tentang vaksin Covid-19 yang dikembangkan dalam waktu kurang dari setahun harus belajar lebih banyak mengenai ilmu pengetahuan, namun menyebut kekhawatiran tersebut sebagai hal yang wajar.