Rabu 09 Dec 2020 11:08 WIB

Harga Lada dan Sawit Naik, Petani Babel Lega

Kenaikan harga membantu petani untuk memperoleh pupuk

BANGKA BELITUNG--Petani lada dan sawit di Bangka Belitung sudah bisa bernafas lega. Karena, beberapa waktu belakangan ini harga dua komoditi unggulan itu mengalami tren kenaikan. Dengan kenaikan tersebut dampak geliat perekonomian yang melibatkan petani akan terasa.
Foto: istimewa
BANGKA BELITUNG--Petani lada dan sawit di Bangka Belitung sudah bisa bernafas lega. Karena, beberapa waktu belakangan ini harga dua komoditi unggulan itu mengalami tren kenaikan. Dengan kenaikan tersebut dampak geliat perekonomian yang melibatkan petani akan terasa.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA BELITUNG--Petani lada dan kelapa sawit di Bangka Belitung sudah bisa bernafas lega. Karena, beberapa waktu belakangan ini harga dua komoditi unggulan itu mengalami tren kenaikan. Dengan kenaikan tersebut dampak geliat perekonomian yang melibatkan petani akan terasa.

Menurut Yanto, salah satu petani yang tergabung di Kelompok Tani (Poktan) Jaya Lestari Desa Puput Kecamatan Simpangkatis, Kabupaten Bangka Tengah, saat ini harga lada tengah melonjak naik sampai Rp 5.000 dari harga sebelumnya."Alhamdulilah sekarang ini, harga sudah melonjak. Dari yang tadi Rp 53.000, Rp 54.000, Rp 55.000, sekarang sudah Rp 60.000 perkilo, ada yang Rp 61.000. Harga sampai sekarang melonjak naik Rp5.000 sampai Rp6.000. Jika dulu dengan harga Rp53.000 untuk modalpun pas-pasan, tapi dengan harga yang sekarang sudah bisa mencicipi walau tidak banyak," ungkapnya.

Dengan harga yang naik per hari Selasa (8/12/20), menurut pengakuan Yanto sudah bisa membantu untuk membeli pupuk. Dirinya mengaku berkomunikasi dengan poktan maupun petani lain mengenai kenaikan tersebut.

"Dengan kondisi ini (harga naik) kawan-kawan petani jadi semangat lagi," sebutnya.

Begitu juga dengan harga sawit. Yanto yang juga memiliki kebun kelapa sawit mengungkapkan, dengan kenaikan yang telah terjadi bisa membuat asap dapur mengepul."Terus terang saya nanya kawan syukurlah dengan harga naik ini, termasuk saya beberapa batang cukup untuk makan, beli pulsa lampu, modal pupuk, dan makan anak istri, cukuplah," ujarnya.

Yanto yang tergabung dalam kelompok tani menyadari bahwa program dari Pemprov. Bangka Belitung dalam membantu bibit dan pupuk gratis menjadi awal semangat para petani dan hal ini lebih terasa terlebih di masa pandemi.

"Program bantuan dari pak gubernur kami rasa tepat di masa pandemi ini. Sebagai petani di Desa Puput, kami mengakui gubernur yang telah membantu bibit sahang, dan harga yang sudah naik," ulasnya.

 

Petani Merasakan Efek.

Kepala Seksi Penyuluh Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Irman Hasan menjelaskan, saat ini beberapa komoditi yang tengah dikembangkan Pemprov. Kepulauan Bangka Belitung salah satunya kelapa sawit, harganya membaik, terutama pada hari Selasa, 8 Desember 2020.

Di tingkat pabrik harganya mencapai kenaikan hingga Rp 1.800 sampai Rp 1.900 tergantung pada pabriknya. Ini juga tergantung dari bobot buah Tandan Buah Segar (TBS) yang dihasilkan. Sesuai standar, semakin berat buah dihasilkan, maka semakin tinggi harga dikelompokkan. 

Selain kelapa sawit komoditas lain seperti lada atau sahang juga mengalami kenaikan yang sama. Peningkatan harga terjadi antara ring Rp 1.000 hingga Rp 2.000 namun, masih terjadi fluktuasi harga. Bahkan yang tadinya di kisaran harga Rp50.000 perkilo, hari Selasa (8/12/2020) di tingkat petani ada yang mencapai Rp60.000 hingga Rp61.000 perkilo, tergantung dari tingkat kekeringan dan kualitas lada yang dihasilkan. Selain dua komoditas unggulan tersebut, komoditas karet juga ikut membaik karena, harga karet ini tergantung dari kualitas lateks yang dihasilkan. 

"Karet ini sebetulnya bukan murah atau tidak laku, ini tergantung dari kualitas lateks. Seharusnya kisaran kualitas rendah ada pada harga Rp 3500-4000 per kilo dan kualitas tinggi bisa mencapai harga Rp 10.000 per kilo. Yang membuat harga rendah dari karet adalah kebanyakan produksi karet yang dihasilkan oleh petani masih mempunyai kadar air yang tinggi," jelasnya. 

Para petani karet terbiasa merendam getah karet yang dihasilkan bahkan sampai dengan dijual sehingga, membuat kadar air terlalu tinggi dan harga tidak maksimal. Seharusnya setelah disadap, langsung dikentalkan tanpa air. 

Dengan kombinasi kenaikan harga dari tiga komoditi hari ini secara tidak langsung para petani tahun ini mulai merasakan efek dari kenaikan harga ini. Hasil signifikan yang dapat dilihat hari ini adalah kenaikan luas tanah dan luas tanam. Tinggal upaya para petani untuk tetap menjaga hasil produksi yang dihasilkan. 

Menanggapi kenaikan harga beberapa komoditi ini, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman menjelaskan bahwa, ini adalah bentuk usaha yang terus-menerus dilakukan Pemprov Babel yang telah bersinergi dengan petani.

"Pemprov. Babel terus mendorong pertanian. Dan kita bersyukur petani kita sejalan dengan kita untuk bersinergi. Ini juga tidak terlepas dari keberhasilan rekan-rekan penyuluh kita memberikan masukan-masukan kepada petani," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement