REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Pelaku teror yang menewaskan puluhan orang di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru tahun lalu mengaku terpengaruh konten anti-Muslim parpol sayap kanan di Youtube.
Dilansir di The Hill, laporan yang dirilis Selasa (8/12), mengidentifikasi kegagalan badan-badan intelijen negara itu untuk menganggap serius ancaman kekerasan supremasi kulit putih. Badan intelijen juga mengabaikan peringatan dari Muslim yang tinggal di negara itu tentang peningkatan insiden kebencian.
Penembak jamaah masjid itu, Brenton Tarrant, mengatakan kepada penyelidik meskipun dia sering mengunjungi obrolan media sosial degan username 8chan dan 4chan, banyak konten anti-Muslim yang dia akses ditemukan di Youtube.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan pemerintahnya akan menerapkan semua rekomendasi yang diajukan dalam laporan itu. Dia menambahkan akan menghubungi pimpinan Youtube atas masalah tersebut.
"Yang paling penting adalah pernyataan yang dibuat teroris bahwa dia bukan komentator rutin di situs sayap kanan ekstrem dan Youtube adalah sumber informasi dan inspirasi yang signifikan," kata Ardern.
Selain itu, Ardern melarang beberapa senjata semi-otomatis berkapasitas tinggi, seperti yang digunakan oleh penembak, setelah serangan itu. "Meskipun kami belum meninjau temuan laporan tersebut, Youtube tetap berkomitmen untuk menghapus ekstremisme kekerasan dan ujaran kebencian dari platform kami. Kami berharap dapat meninjau laporan tersebut secara mendetail dan melanjutkan pekerjaan kami bersama dengan Perdana Menteri, serta pemerintah, mitra industri, dan komunitas di seluruh dunia untuk memerangi penyebaran ekstremisme kekerasan secara online," kata juru bicara Youtube.
Seorang juru bicara Muslim Association of Canterbury, yang berlokasi di Christchurch, mengatakan kepada wartawan laporan itu mengungkapkan kegagalan pemerintah untuk melindungi keselamatan komunitas. “Laporan tersebut menunjukkan prasangka institusional dan bias yang tidak disadari ada di lembaga pemerintah dan perlu diubah,” kata Abdigani Ali.