REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian BUMN menargetkan bank syariah BUMN hasil merger bisa segera naik kelas menjadi bank BUKU IV. Dari hasil merger, total aset bank syariah yang baru akan mencapai Rp220 triliun dengan modal inti sebesar Rp 20 triliun.
"Kami harapkan dalam waktu satu sampai dua tahun ke depan bank syariah hasil merger akan masuk ke BUKU IV," kata Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (9/12).
Selain itu, Kartika menambahkan, aset dari unit usaha syariah Bank BTN (UUS BTN) nantinya juga akan dialihkan ke bank syariah hasil merger. Dari pengalihan aset tersebut, total aset bank syariah hasil merger diperkirakan akan mencapai Rp 250 triliun.
Dengan aset serta modal inti yang kuat, bank syariah hasil merger ini nantinya akan menjadi bank terbesar ke tujuh di Indonesia. Bank syariah baru itu juga akan memperluas jaringannya dengan mendirikan 1.200 cabang kantor di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini sekaligus bisa meningkatkan penetrasi terhadap perbankan syariah yang saat ini dinilai masih sangat minim. Kementerian BUMN menargetkan perluasan jaringan tersebut dapat menjangkau hingga 13 juta nasabah ke depannya.
"Penetrasi perbankan syariah masih dikisaran empat persen. Dengan adanya penggabungan dan konsolidasi harusnya dalam lima sampai 10 tahun bisa mencapai 15-20 persen," kata mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini.
Dari sisi bisnis, Kartika mengungkapkan, bank syariah hasil merger akan menghindari duplikasi produk-produk perbankan syariah. Bank akan fokus menyasar segmen pembiayaan kredit infrastruktur dan korporasi, serta pembiayaan nasabah individual seperti kepemilikan mobil, rumah, dan kartu pembiayaan.
Selain itu, segmen lainnya yang juga akan disasar adalah pembiayaan untuk ekosistem produk halal. "Kebutuhan pendanaan syariah untuk rumah sakit Islam dan universitas Islam sangat tinggi sekali, ini akan menjadi segmen menarik," ungkap Kartika.