Rabu 09 Dec 2020 19:52 WIB

Korban Teror Christchurch Tuntut Permintaan Maaf Langsung

Aparat Selandia Baru gagal mengantisipasi serangan teror Christchurch.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ani Nursalikah
Korban Teror Christchurch Tuntut Permintaan Maaf Langsung. Sahadat Mohammed, kanan, memberikan pernyataan dampak korbannya selama persidangan hukuman untuk warga Australia Brenton Harrison Tarrant di Pengadilan Tinggi Christchurch setelah Tarrant mengaku bersalah atas 51 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan dan satu dakwaan terorisme di Christchurch, Selandia Baru, Rabu, 26 Agustus 2020. Lebih dari 60 orang yang selamat dan anggota keluarga akan menghadapi pria bersenjata masjid Selandia Baru minggu ini ketika dia muncul di pengadilan untuk dihukum atas kejahatannya dalam kekejaman terburuk dalam sejarah modern bangsa.
Foto: John Kirk-Anderson/Pool Photo via AP
Korban Teror Christchurch Tuntut Permintaan Maaf Langsung. Sahadat Mohammed, kanan, memberikan pernyataan dampak korbannya selama persidangan hukuman untuk warga Australia Brenton Harrison Tarrant di Pengadilan Tinggi Christchurch setelah Tarrant mengaku bersalah atas 51 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan dan satu dakwaan terorisme di Christchurch, Selandia Baru, Rabu, 26 Agustus 2020. Lebih dari 60 orang yang selamat dan anggota keluarga akan menghadapi pria bersenjata masjid Selandia Baru minggu ini ketika dia muncul di pengadilan untuk dihukum atas kejahatannya dalam kekejaman terburuk dalam sejarah modern bangsa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para korban serangan teror Christchurch, Selandia Baru menginginkan permintaan maaf dan pertanggungjawaban dari instansi aparat negara secara langsung atas serangan yang terjadi di dua masjid setahun lalu. Permintaan ini disampaikan terkait hasil investigasi komisi penyidikan yang menyebut aparat gagal mengantisipasi teror tersebut.

Kemarin, Komisi Penyelidikan Kerajaan atas serangan Maret 2019 merilis temuannya, yang menguraikan daftar kegagalan oleh polisi dan aparat keamanan. Teroris Brenton Tarrant melakukan aksinya di Masjid Al Noor di Riccarton dan kemudian di Linwood Islamic Center, menewaskan 51 jamaah dan melukai puluhan secara fisik.

Baca Juga

Dalam konferensi pers, Perdana Menteri Jacinda Arden meminta maaf atas kegagalan yang menyebabkan serangan itu. Namun, beberapa orang yang selamat mengharapkan  pertanggungjawaban yang lebih konkret. Temel Atacogugu, yang ditembak sembilan kali oleh teroris, mengatakan dia ingin melihat pendekatan yang lebih pribadi. 

Dia mengatakan pidato perdana menteri di Parlemen mengacu pada permintaan maaf dari dinas keamanan kepada para korban kekejaman, tetapi itu adalah pertama kalinya dia mendengar permintaan maaf dari badan-badan ini. 

"Ini awal yang baik selama 21 bulan setelah Komisi Kerajaan melaporkan mereka memang meminta maaf, tetapi saya bertanya-tanya apakah Komisi Kerajaan tidak menerbitkannya, apakah mereka akan meminta maaf," katanya sebagaimana dikutip dari Radio New Zealand.

Atacogugu mendesak Ardern, polisi dan badan intelijen meminta maaf kepada setiap korban secara langsung secepat mungkin. Dia mengatakan kelalaian dan kegagalan sistemik yang mengarah pada serangan itu memerlukan pertanggungjawaban dan permintaan maaf secara langsung. 

"Seseorang memiliki tanggung jawab ini dan telah dimintai pertanggungjawaban dan mereka tidak dapat melarikan diri dengan cara ini. Mereka melakukan banyak kesalahan dalam menghentikan serangan teroris. Untuk saat ini, tidak dapat dijamin bahwa ini tidak akan terjadi besok," ujarnya. 

Wasseim Alsati ditembak bersama putrinya berusia empat tahun ketika mereka mencoba melarikan diri teroris. Dia juga mengatakan permintaan maaf itu penting tetapi ini tidak akan membawa siapa pun kembali dan tindakan itu perlu. 

"Permintaan maaf saja tidak cukup. Mereka harus bertanggung jawab, mereka juga harus bertindak," katanya. Dia mengatakan keluarga masih menghadapi tantangan dan bantuan pemerintah diperlukan untuk melanjutkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement