REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para atlet yang akan berkompetisi di Olimpiade Tokyo, Jepang tahun depan akan memiliki masa tinggal yang lebih singkat.
Presiden Komite Olimpiade Internasional (OIC) Thomas Bach mendesak komite Olimpiade nasional negara-negara peserta untuk menyesuaikan rencana perjalanan para atlet dan staf pendukung sehingga mereka tidak tiba lebih awal atau tinggal lebih larut untuk meminimalkan resiko penularan.
"Komite-komite Olimpiade Nasional harus menyesuaikan kebijakan kedatangan dan kepulangan untuk memastikan para atlet tiba lima hari sebelum start kompetisi dan pulang maksimal dua hari setelah selesainya kompetisi," kata Bach dalam jumpa pers virtual seperti dikutip Reuters, Senin.
"Ini berlaku untuk setiap ofisial olahraga masing-masing, tidak hanya untuk atlet. Pengecualian akan dipertimbangkan tergantung dari kriteria olahraga tertentu," kata dia.
Hal itu berarti para atlet yang berkompetisi di pekan kedua Olimpiade bakal melewatkan parade tim di upacara pembukaan Olimpiade. Sedangkan mereka yang tiba lebih awal akan melewatkan upacara penutupan.
ICO mengatakan kontrol yang lebih ketat akan diberlakukan untuk mengatur siapa saja yang bisa tinggal di wisma atlet untuk melindungi para kompetitor.
Pandemi COVID-19 awal tahun ini telah memaksa penundaan Olimpiade Tokyo 2020 dalam waktu satu tahun.
Dengan lebih dari 10.000 atlet dari seluruh dunia yang bakal bertanding, ditakutkan kedatangan mereka akan menimbulkan lonjakan kasus COVID-19.
Sementara itu, dalam pengumuman pada Jumat, penyelenggara mengatakan bahwa penundaan Olimpiade akan menyebabkan pembengkakan bujet sebesar 294 miliar yen, sekira 39,6 triliun rupiah yang akan ditanggung oleh komite Olimpiade Tokyo 2020, pemerintah Jepang dan Tokyo Metropolitan Government.