Kamis 10 Dec 2020 12:15 WIB

Blending Pupuk Ala Petani Indramayu untuk Hasil Optimal

Cara pemupukan adalah salah satu kunci untuk dapat mendapatkan panen yang optimal.

Junaidi (35 tahun) tengah menebar pupuk hasil racikannya pada tanaman padi yang berusia 10 hari setelah tanam. Dia berharap, tanaman padinya di musim tanam rendengan 2020-2021 ini bisa menghasilkan gabah yang optimal.
Foto: Agus Yulianto/Republika
Junaidi (35 tahun) tengah menebar pupuk hasil racikannya pada tanaman padi yang berusia 10 hari setelah tanam. Dia berharap, tanaman padinya di musim tanam rendengan 2020-2021 ini bisa menghasilkan gabah yang optimal.

REPUBLIKA.CO.ID, Desember adalah bulannya musim hujan. Para petani pun segera turun ke sawah mengolah tanah. Petakan kecil diolah terlebih dulu untuk lahan pembibitan. Sementara penyiapan lahan yang lebih luas terus dilakukan untuk penanaman bibit padi tersebut.

Ya, musim tanam padi masa rendengan 2020-2021 telah dimulai. Berbagai kebutuhan penanaman pun telah disiapkan. Pasalnya, sama seperti halnya manusia, tanaman padi pun membutuhkan 'makanan' atau nutrisi yang berbeda-beda dalam setiap tahapan usia. 

Pemberian nutrisi ini jelas berkaitan dengan hasil yang diharapkan. Semakin baik pemberian nutrisi (pupuk) semakin bagi pula bulir kuning (gabah) yang dihasilkan. 

Sebab, cara pemupukan padi adalah salah satu kunci untuk dapat mendapatkan panen yang optimal. Bila salah dalam memberikan pupuk pada padi, bukannya panen melimpah yang akan didapat tapi justru risiko tanaman padi menjadi rusak. Ini hanya salah satu faktor gagal panen dari berbagai faktor lain yang juga harus menjadi perhatian petani.

photo
Junaidi dan Karyadi disaksikan anaknya tengah mencampur tiga jenis pupuk untuk tanaman padi musim rendengan 2020-2021, di Desa Terusan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Kamis (10/12) - (Agus Yulianto/Republika)

"Nggak bisa sembarangan mas memberikan pupuk," kata Junaidi (35 tahun) petani di Blok Ki Bubat, Desa Terusan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, saat ditemui Republika.co.id, Kamis (10/12).

"Harus tau aturannya. Kalau tidak, tanamannya bisa rusak," tambah dia.

Karenanya, sejak usai Shalat Subuh, Junadi dan saudaranya Karyadi (45) telah menyiapkan sejumlah pupuk. Di antaranya urea, TSP, dan KCL. Ketiga jenis pupuk itu kemudian diblanding (diracik)-nya menjadi satu. 

"Biar hemat tenaga dan cepat aja ngasih pupuknya," timpal Karyadi.

Pupuk yang ditebar ke tanaman padi itu, merupakan pemupukan susulan pertama yang dilakukannya saat padi berumur 10 hari setelah tanam (HST). Pupuk yang digunakan adalah urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCL 50 kg/ha. 

"Nah, pemupukan susulan kedua diberikan saat tanaman padi berumur 21 HST menggunakan pupuk urea sebanyak 150 kg/ha," ujarnya.

Sebaiknya, kata dia, memberikan pupuk urea saat tanaman masuk usia 40 hari (saat mulai membentuk malai atau gabah). Jangan berikan pupuk sebelum padi masuk usia tersebut karena hanya akan membuat pembentukan malai kurang baik. 

Kata dia, saat padi masih berusia muda misalnya (0-2 minggu, maka tanaman padi masih tumbuh dengan lambat sehingga belum terlalu membutuhkan urea. Namun, untuk tanaman padi muda jelas sangat membutuhkan fosfor (P), kalium (K), dan sulfur (S).

Cara pemupukan padi yang benar, ternyata juga harus memperhatikan waktu pemberian pupuk. Pasalnya, menyebarkan pupuk pada waktu yang salah bisa menyebabkan pupuk tidak terserap dengan baik dan tanaman padi pun tidak mendapatkan nutrisi yang diperlukan.

"Harus pagi-pagi, Mas. Sekitar pukul 08.00 hingga 10.00 WIB. Ini karena embun sudah meninggalkan tanaman dan sinar matahari juga belum terlalu terik," ujar Junaidi. 

 

photo
Menyiapkan lahan untuk ditanami bibit padi saat musim tanam rendengan 2020-2021. - (Agus Yulianto/Republika)

Jika tidak sempat memberikan saat pagi hari, kata Junaidi, bisa juga diberikan saat sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. "Juga jangan diberikan saat hujan atau mendung karena berpotensi menghilangkan pupuk," katanya.

Pada musim tanam rendengan kali ini, Junaidi dan Karyadi berharap, bisa mendapatkan hasil yang optimal. Sebab, hasil gabah musim rendangan ini akan menjadi modal untuk musim tanam berikutnya.

"Saya kan sawahnya sewa, Mas. Setahun Rp 7,5 juta," kata Junaidi. 

"Terus untuk modal tanamanya juga sekitar Rp 7 jutaan. Jadi, setidaknya harus keluar modal Rp 14-15 jutaan lah untuk sekali tanam," tambahya.

Karena itu, tegas Junaidi, pemupukan yang benar, pengendalian hama dan penyakit yang baik serta pengairan yang mencukupi, menjadi hal yang harus diperhatian secara maksimal. Sehingga, hasil panen yang diharapkan pun bisa diraih.

"Di sini bisa dapat sampai 6 ton, mas. Itu bisa untuk menutip modal tanam dan masih ada untungnya walau tipis".

"Nanti di musim tanam berikutnya, Insya Allah baru dapat untung yang lumayan. Itu pun kalau tidak ada kendala sama sekali," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement