Kamis 10 Dec 2020 11:53 WIB

Kala Umar Menguji Kezuhudan Gubernurnya

Khalifah Umar bin Khaththab kerap menguji kezuhudan para gubernurnya

Rep: Rossi Handayani/ Red: Esthi Maharani
Umar bin Khatab
Foto: Mgrol120
Umar bin Khatab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khalifah Umar bin Khaththab kerap menguji kezuhudan para gubernurnya. Sifat zuhud dan tidak tamak dengan gemerlap dunia menciptakan pegawai dapat bersikap jujur, bersih dan tidak korup.

Dikutip dari buku Harta Haram Muamalat Kontemporer karya Erwandi Tarmizi, Ibnu Mubarak meriwayatkan dalam kitabnya Az Zuhd, "Suatu ketika Umar mengambil 400 keping uang dinar (kurang lebih 1,7 kilogram emas). Lalu ia memasukkannya ke dalam sebuah pundi. Kemudian ia berkata kepada budaknya, "Berikan ini kepada Abu Ubaidah, Ialu berdiamlah sebentar di rumahnya, cari tahu apa yang dia lakukan dengan pundi tersebut!"

Kemudian budak itu pergi membawa pundi itu kepada Abu Ubaidah, seraya berkata, "Ini hadiah dari amirul mukminin untuk memenuhi kebutuhanmu!"

Abu Ubaidah menerimanya, lalu berkata, "Semoga Allah merahmati amirul mukminin".

Lalu Abu Ubaidah memanggil budaknya dan berkata, "Berikan tujuh keping uang emas kepada si fulan, lima keping untuk Si fulan", hingga habis uang 400 keping saat itu juga.

Lalu budak Umar pulang dan melaporkan apa yang dia saksikan.

Kemudian Umar melakukan hal yang sama terhadap Mu'az bin Jabal. Mu'az menerima hadiah khalifah seraya berkata, "Semoga Allah merahmati khalifah".

Lalu Mu'az memanggil budaknya dan berkata, "Berikan sekian untuk rumah si fulan, dan sekian untuk rumah si fulan".

lstri Mu'az muncul dan berkata, "Kita juga orang miskin, berilah bagian untuk keluargamu!"

Mu'az melihat isi pundinya, ternyata hanya tersisa dua dinar, lalu ia berikan untuk istrinya. Budak Umar pulang dan melaporkan hasil persaksiannya. Mendengar berita itu Umar gembira, seraya berkata,

"Mereka (sahabat nabi) adalah bersaudara, satu dan lainnya memiliki akhlak yang sama" (Az Zuhd wa Raqaiq).

Bila persyaratan sifat amanah dan keshalihan calon seorang pegawai diabaikan, pegawai diangkat berdasarkan kedekatan hubungan dengan pimpinan dan yang paling nista mengangkat serta menerima yang mau membayar sogok, maka ini adalah kesalahan paling fatal yang menyebabkan lahirnya para pegawai korup. Karena mau tidak mau pegawai yang telah membayar sogok pada saat penerimaan masuk pegawai, ia akan berusaha dengan berbagai cara mengembalikan modal sogok yang telah ia bayar, sekalipun harus melakukan tindak korupsi.

Pihak yang diamanahi untuk menerima calon pegawai bilamana ia mendahulukan calon pegawai yang membayar sogok terbanyak, sungguh telah berbuat dosa dan mengkhianati amanah, serta menjadi penyebab datangnya petaka hari kiamat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement