REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Sebuah studi di Jepang menyebutkan, angka perokok turun hingga 30 persen dalam jangka waktu tiga tahun sejak heated-tobacco products (HTP) beredar di pasaran, sementara angka produk tembakau secara keseluruhan juga terus menurun. Temuan ini disampaikan pada acara webinar “Pengurangan Dampak Buruk Tembakau dan Inovasi Produk Nikotin dan Tembakau (NNTP)” yang diselenggarakan firma riset Frost & Sullivan, seperti dikutip dari ww2.frost.com, (7/12).
“Hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Tatari, Jepang, terhadap sekitar 90 ribu pelajar di Jepang tentang penggunaan rokok, HTP, dan rokok elektrik menunjukkan bahwa hanya 0,1 persen dari mereka yang menggunakan rokok elektrik dan HTP” kata dr. Kumamaru Hiroya, Wakil Direktur AOI University Hospital.
Ketika ditanya alasan dari rendahnya angka tersebut, dr. Kumamaru menjelaskan bahwa penjualan produk nikotin dengan identifikasi umur membantu menekan angka tersebut. Adapun menanggapi tingginya fenomena dual-user, dr. Kumamaru mengatakan bahwa di Jepang, 70 persen pengguna HTP tidak lagi menggunakan rokok konvensional.
Angka ini jauh lebih besar dibandingkan mereka yang menggunakan kedua produk (HTP dan rokok). Secara keseluruhan angka pengguna produk tembakau, HTP dan rokok, terus menurun. Fakta ini sekaligus mematahkan anggapan bahwa produk tembakau alternatif akan meningkatkan konsumsi tembakau.
“Sudah banyak riset yang menunjukkan bahwa perokok di negara maju dan berkembang tidak bisa atau tidak mau berhenti merokok dengan pendekatan kuratif yang sering kali tidak efektif. Dari studi ini, kita tahu penggunaan NNTP dapat menjadi intervensi bagi mereka untuk berhenti merokok,” ujar Mark Dougan, Direktur Transformational Health, Frost & Sullivan.
Faktor penting dalam pengurangan dampak buruk tembakau adalah risiko kesehatan yang lebih rendah digabungkan dengan karakteristik produk yang cukup menarik untuk menggaet perokok agar beralih. Sejauh ini, sudah banyak riset yang membuktikan NNTP memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dari produk tembakau konvensional. Selain itu, NNTP juga memiliki fungsi psikologis dan sosial yang ada pada rokok konvensional. Kedua faktor inilah yang membuat produk NNTP lebih efektif dalam membantu perokok untuk berhenti dibandingkan alat bantu lainnya.
Riset Lanjutan
Risiko kesehatan NNTP, baik itu HTP maupun rokok elektrik memang tetap ada, walaupun dalam kadar yang lebih kecil dibandingkan dengan rokok konvensional. Di Indonesia, produk tergolong NNTP disebut sebagai Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL). Namun, berbeda dengan negara-negara maju, seperti Jepang, hingga saat ini jumlah riset ilmiah maupun kerangka regulasi yang tepat masih sangat minim.
Pembuatan kerangka regulasi ini pun harus disertai dengan riset ilmiah yang tepat terkait dengan produk NNTP atau HPTL ini. Dengan riset yang terus berkembang dan regulasi yang tepat, maka bukan tidak mungkin Indonesia juga dapat mengadopsi produk NNTP dan mengoptimalkan fungsinya sebagai bentuk pengurangan dampak buruk terhadap kesehatan.