REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara telah menyia-nyiakan kesempatan untuk secara fundamental meningkatkan hubungannya dengan Amerika Serikat selama kepresidenan Donald Trump. Demikian disampaikan utusan utama Washington untuk Korea Utara Stephen Biegun, Kamis (9/12).
Biegun menambahkan, dia akan mendesak penggantinya untuk melanjutkan keterlibatan AS dengan Korea Utara pada masa pemerintahan Joe Biden.
"Sayangnya, banyak kesempatan telah disia-siakan oleh rekan-rekan Korea Utara selama dua tahun terakhir. Mereka terlalu sering mengabdikan diri untuk mencari rintangan negosiasi alih-alih merebut peluang untuk terlibat," ujar Wakil Menteri Luar Negeri AS Stephen Biegun berdasarkan isi sambutan yang telah disiapkannya untuk pertemuan di Seoul.
Biegun mengaku kecewa bahwa negosiasi denuklirisasi Korea Utara terhenti dan tidak ada kemajuan yang lebih pesat selama ia memimpin upaya tersebut.
Namun, dia membela keputusan Trump untuk fokus pada diplomasi tingkat atas dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Ini untukmencari kesepakatan besar saat Korea Utara akan menyerahkan senjata nuklirnya dan kedua belah pihak akan menormalisasi hubungan.
"Visi ini sangat berani, dan membuat tidak nyaman banyak pendukung inkrementalisme," ujar Biegun.
Setelah saling menghina dan melontarkan ancaman nuklir yang telah mendorong AS dan Korut ke ambang perang, Trump dan Kim bertemu untuk pertama kalinya pada 2018 di Singapura. Mereka menandatangani deklarasi umum yang menyerukan denuklirisasi dan hubungan baru antara kedua musuh lama tersebut.
Setelah pembicaraan tingkat kelompok kerja, Biegun membantu memimpin kedua pemimpin negara mengadakan pertemuan kedua mereka di ibu kota Vietnam, Hanoi, pada 2019. Namun, pertemuan itu gagal mencapai kesepakatan.
Biegun meminta Korea Utara untuk melanjutkan pembicaraan dalam beberapa bulan mendatang dengan presiden terpilih AS dari Partai Demokrat Joe Biden akan menggantikan Trump pada Januari, Biegun mengatakan dia memiliki pesan untuk tim yang akan datang. "Perang telah berakhir; waktu untuk konflik telah berakhir, dan waktu untuk perdamaian telah tiba."