Kamis 10 Dec 2020 16:24 WIB

ADB Pangkas Lagi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Aktivitas masih lambat, ADB memprediksi ekonomi Indonesia kontraksi 2,2 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini maupun tahun depan. ADB memperkirakan, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,2 persen pada tahun ini.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini maupun tahun depan. ADB memperkirakan, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,2 persen pada tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini maupun tahun depan. Tingkat penyebaran virus corona (Covid-19) yang masih tinggi sehingga menciptakan suasana tidak pasti menjadi faktor utamanya.

Dalam laporan terbarunya bertajuk Asian Development Outlook Supplement (ADOS) 2020 yang dirilis pada Kamis (10/12), ADB memperkirakan, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,2 persen pada tahun ini. Angka tersebut lebih parah dibandingkan prediksi pada September, minus satu persen.

Economist ADB untuk Indonesia Emma Allen mengatakan, pelambatan aktivitas ekonomi akan masih terjadi pada kuartal IV tahun ini, sehingga menyebabkan ekonomi sepanjang tahun tertekan lebih dalam dari proyeksi semula.

"Kontraksi PDB riil diperkirakan akan melambat di kuartal IV tahun 2020 dan akan terkontraksi sebesar 2,2 persen pada 2020, sebelum meningkat menjadi 4,5 persen pada tahun 2021," ucapnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/12).

Revisi juga dilakukan terhadap ekonomi tahun depan. ADB memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,5 persen tahun depan, lebih kecil dibandingkan prediksi tiga bulan lalu, 5,3 persen.

Allen menjelaskan, pemulihan tahun depan didorong oleh peningkatan sektor konsumsi swasta yang memulih di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi. Selain itu, keyakinan konsumen pun membaik dan diperkirakan kembali ke zona optimistis.

Perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga mendukung perbaikan sentimen bisnis sebagai hasil dari reformasi iklim investasi. Perbaikan beberapa mitra dagang utama Indonesia pun ikut mengakselerasi pemulihan ekonomi Indonesia, seiring dengan kenaikan harga komoditas internasional.

Di sisi lain, ADB memperbaiki proyeksi ekonomi negara berkembang Asia. ADB memproyeksikan, ekonomi kawasan ini berkontraksi 0,4 persen sepanjang 2020, membaik dibandingkan prediksi September, yaitu negatif 0,7 persen. Sementara itu, proyeksi ekonomi tahun depan masih sama, yakni meningkat 6,8 persen.

ADB menyebutkan, perbaikan dikarenakan ekonomi Asia berkembang sudah bergerak menuju pemulihan seiring dengan perbaikan pengendalian virus corona.

"Prospek untuk Asia berkembang menunjukkan peningkatan. Proyeksi ini terutama didukung dengan perbaikan ekonomi China dan India, dua ekonomi terbesar di kawasan tersebut," kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada.

Ia menyebutkan, pandemi berkepanjangan tetap menjadi risiko utama. Tapi, perkembangan terbaru terhadap vaksin Covid-19 membuat prospek ekonomi membaik. Pengiriman vaksin yang aman, efektif dan tepat waktu di negara berkembang akan sangat penting dalam mendukung pembukaan kembali ekonomi, sehingga berdampak positif pada pemulihan Asia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement