REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Perusahaan Uni Emirat Arab (UEA) telah menandatangani kesepakatan untuk membeli produk Israel dari pemukiman ilegal sebelum perjanjian normalisasi diumumkan, Selasa (9/12). Sehari sebelumnya diumumkan kesepakatan baru yang ditandatangani dengan FAM Holding yang berbasis di Dubai untuk mengekspor produk dari atas tanah Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Laporan Jerusalem Post, produk dari pemukiman yang termasuk dalam kesepakatan itu adalah anggur, tahina, minyak zaitun, dan madu. Kesepakatan itu diumumkan Dewan Regional Samaria yang mewakili pemukiman Yahudi di utara Tepi Barat yang diduduki. Samaria adalah sebutan wilayah Israel untuk wilayah dari Tepi Barat yang diduduki.
Kepala Dewan Regional Samaria, Yossi Dagan, memimpin delegasi kota pertama Israel ke UEA. Dia dilaporkan telah kembali pekan ini dengan perwakilan perusahaan sehingga bisa menandatangani perjanjian.
"Pagi ini kami membuat sejarah. Kami membuka halaman ekonomi baru antara perusahaan terbaik di Samaria dan FAM. Saya sangat senang dan senang dengan posisi mereka," kata Dagan saat upacara di UEA.
Dagan juga mengatakan kepada CEO FAM Holding, Faisal Ali Mousa, bahwa dia berharap mereka akan selalu menjadi teman di tingkat pribadi dan bisnis, seperti sebuah keluarga. "Kami sangat senang Anda semua ada di sini," ujar Mousa menanggapi pernyataannya.
Mousa menyatakan, tidak pernah bisa membayangkan atau bermimpi bahwa hal seperti itu akan terjadi. "Ini adalah tujuan yang sangat besar yang telah kita capai hari ini," katanya,
Pemimpin perusahan asal UEA ini mengungkapkan bahwa perusahaannya saat ini sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan Israel lainnya dan bersemangat untuk menandatangani kesepakatan untuk memperluas kerja sama bisnis antara kedua negara. "Kami memberi tahu dunia, tidak hanya Emirates dan Israel, bahwa kami adalah pebisnis sejati," ujarnya.