Jumat 11 Dec 2020 00:24 WIB

Australia Tuduh China Rusak Perjanjian Perdagangan Bebas

Pekan lalu, Australia bereaksi marah atas postingan seorang pejabat China di Twitter.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Konflik China vs Australia
Foto: Republika
Konflik China vs Australia

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia menuduh China merusak perjanjian perdagangan bebas mereka. Hal itu berdasarkan tindakan Beijing terhadap barang ekspor Australia. 

Dalam komentar terbarunya, Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengatakan, China telah menargetkan selusin barang Australia di tengah ketegangan antarnegara. China telah menjatuhkan sanksi atau menghentikan impor berbagai barang dari Australia seperti biji-bijian, anggur, dan daging sapi tahun ini. 

Baca Juga

Hal itu menimbulkan kekhawatiran di Australia. Sebab China merupakan mitra dagang terbesarnya. 

"Kami terus mengangkat masalah uang tampaknya berpotensi, tindakan diskriminatif yang ditargetkan terhadap Australia," ujar Birmingham seperti dilansir BBC, Kamis (10/12). Ia menambahkan, Australia mempertimbangkan semua opsi penyelesaian sengketa. 

China membeli lebih dari sepertiga ekspor dan menyumbang 27 persen dari perdagangan dua arah. Beijing menuduh Australia bersikap tidak ramah dan bermusuhan terhadap China, di tengah perselisihan politik yang memburuk. 

Pekan lalu, Australia bereaksi marah atas postingan seorang pejabat di China di Twitter yang menyertakan gambar palsu tentara Australia yang membunuh seorang anak Afghanistan. Perdana Menteri Australia Scott Morrison pun menuntut permintaan maaf dari Beijing yang ditolak. 

Sebelumnya, kedua negara menandatangani perjanjian perdagangan bebas pada 2015. Perjanjian itu mengurangi tarif dan meningkatkan akses ke puluhan barang. 

Namun sejak Mei, China telah menjatuhkan sanksi berturut-turut pada berbagai barang Australia. Termasuk jelai, daging, produk susu, kayu, batu bara, dan kapas. 

Baru-baru ini, negara itu memberlakukan tarif hingga 200 persen untuk Anggur Australia. Hal itu mengutip tuduhan praktik perdagangan ilegal yang disengketakan oleh Australia. 

Pada hari Rabu, Birmingham mengonfirmasi produsen daging Australia lainnya juga telah diblokir. "Sifat yang ditargetkan dari tindakan pemerintah China pada barang-barang Australia meningkatkan kekhawatiran tentang kepatuhan China terhadap surat dan semangat Chafta (perjanjian perdagangan bebas) dan kewajiban WTO," katanya kepada senat Australia. 

Dia menegaskan kembali, upaya berulang untuk pertemuan dengan pejabat China telah diabaikan, bertentangan dengan ketentuan kesepakatan perdagangan. Sekitar 40 persen nilai ekspor Australia ke China berasal dari bijih besi, yakni komoditas bernilai tinggi yang belum terpengaruh oleh ketegangan politik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement