REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sutradara Monty Tiwa menyebut tidak mudah melakukan syuting audio visual saat pandemi. Hal itu dia rasakan setelah mengerjakan proyek serial orisinal WeTV My Lecturer My Husband.
“Kita hidup di era sangat membingungkan. Di satu sisi, kita harus tetap hidup, aktif, berkarya, itu yang harus dimengerti tentang kenapa kami pilih tetap syuting,” kata Monty dalam acara virtual exclusive screening Episode 1, Kamis (10/12).
Selama pandemi, Monty mengatakan, hal yang paling tidak tertahankan adalah keinginan untuk tetap berkarya. Selain itu, dia tak ingin merasakan perasaan tidak enak, seperti tak mampu melakukan apa-apa, atau tak bisa menentukan hari depan.
“Hal terberat bulan-bulan awal pandemi adalah rasa takut. Nggak enak khawatiran ini-itu. Akhirnya buat saya pribadi, satu-satunya untuk mengatasi rasa takut adalah menghadapi rasa takut,” ujar dia.
Saat itu, Monty sudah mencoba banyak hal, misalnya menonton platform streaming. Namun, dia tetap memiliki keinginan untuk terus bergerak dan aktif. Hal itu yang mendasarinya tetap syuting di era pandemi dengan segala macam risikonya.
"Awal-awal berat banget. Saya kelarin satu scene dari satu sampai dua halaman itu biasanya satu jam, ini bisa empat jam,” kata dia.
Kondisi itu salah satunya disebabkan karena tim di balik layar perlu mengantisipasi banyak hal. Ada juga batasan kru di tiap rings.
“Akhirnya, kami harus menemukan ritme baru dengan protokol kesehatan tetap terjaga dan dapat mengakomodasi waktu produksi,” ujar Monty.
Dia bersyukur bisa merasakan energi luar biasa dari tim produksi dan kru di lapangan. Dia mengaku belum pernah menemukan motivasi seperti itu sebelumnya.
"Pengalaman syuting di tengah pandemi itu pengalaman spiritual. Saya lebih sering mengucap syukur, ayo sama-sama gerak, kalahkan rasa takut, dan terus berkarya,” kata Monty.