REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Salah satu pembangkit listrik tenaga surya atau taman surya terbesar di dunia di Dubai telah menyewa perusahaan energi Azelio AB untuk mengubah panas gurun menjadi listrik setelah matahari terbenam. Perusahaan asal Swedia ini disebut akan menyediakan fasilitas penyimpanan energi dalam proyek perluasan di Taman Surya Mohammed Bin Rashid Al Maktoum.
Proyek ini akan menjadi unit komersial pertama yang menggunakan tenaga surya yang menghasilkan 950 megawatt untuk menyimpan energi dalam satu blok aluminium daur ulang pada 600 derajat Celcius atau 1.112 Fahrenheit pada siang hari. Mesin Stirling yang dipakai, menggunakan siklus kompresi dan ekspansi gas. Mesin ini bertindak untuk mengubah panas menjadi gerakan mekanis, kemudian akan menggunakan panas yang tersimpan untuk menghasilkan listrik.
"Penyimpanan energi jangka panjang kami dapat membuat tenaga surya tersedia sepanjang waktu dengan cara yang terjangkau," kata CEO Azelio Jonas Eklind dalam sebuah pernyataan, Kamis (10/12).
Perusahaan yang berbasis di Gothenburg ini tidak mengungkapkan ukuran unit atau nilai pesanan. Pesanan dilakukan oleh ALEC Energy, kontraktor yang mengerjakan pembangkit listrik tenaga surya terkonsentrasi, yang berjarak sekitar 30 kilometer (19 mil) di luar kota Dubai, pusat keuangan terbesar di Timur Tengah.
Taman surya Dubai ini memang sedang dikembangkan secara bertahap dan memiliki rencana kapasitas produksi 5.000 megawatt pada tahun 2030. Lebih dari 1.000 megawatt saat ini sudah dan sedang beroperasi. Teknologi Azelio digunakan pada Fase 4, sebuah proyek yang dimiliki bersama oleh Dubai Electricity & Water Authority, Acwa Power Arab Saudi, dan Silk Road Fund milik negara China. Alkhaledi Kurnialam