REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyerukan perubahan kepemimpinan di Armenia, Kamis (10/12). Dia menawarkan negara itu kesempatan untuk bergabung dengan kelompok kerja sama regional bersama Azerbaijan.
"Kami berharap rakyat Armenia melepaskan diri dari beban para pemimpin yang menghibur mereka dengan kebohongan masa lalu dan menjebak mereka ke dalam kemiskinan," kata Erdogan.
Erdogan membuat komentar di Baku saat meninjau parade militer yang menandai kekalahan Armenia oleh Azerbaijan. Yerevan harus menyerah dalam perang di daerah yang dipersengketakan di Nagorno-Karabakh.
Selain menghadiri pawai, Erdogan telah berdiskusi dengan mitranya dari Azerbaijan untuk membentuk inisiatif kerja sama bersama Rusia, Iran, dan Georgia. Armenia juga dapat berpartisipasi dan melihat perbatasannya dengan Turki dibuka kembali jika mengambil langkah-langkah positif.
Armenia dan Turki menandatangani perjanjian perdamaian penting pada 2009 untuk memulihkan hubungan dan membuka perbatasan bersama. Kesepakatan ini tercapai setelah satu abad permusuhan yang berasal dari pembunuhan massal orang-orang Armenia pada Perang Dunia Pertama oleh pasukan Ottoman. Kesepakatan itu tidak pernah diratifikasi dan hubungan tetap tegang.
Erdogan pun mendesak, sekarang ada kebutuhan untuk meminta pertanggungjawaban pasukan etnis Armenia atas klaim kejahatan perang dan penghancuran desa, kota, dan masjid di Nagorno Karabakh.
Pasukan Armenia membantah tuduhan tersebut. Mereka mengatakan pasukan Azerbaijan dan tentara bayaran asing adalah yang bertanggung jawab atas kehancuran dan kekejaman budaya skala besar. Baku membantab klaim Armenia.
Turki memberikan dukungan militer dan diplomatik kepada Azerbaijan selama pertempuran. Erdogan menawarkan dukungan tidak langsung kepada penentang Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, yang berada di bawah tekanan di dalam negeri untuk mengundurkan diri atas penanganannya konflik yang berakhir bulan lalu.
Pertempuran Karabakh dihentikan setelah pasukan penjaga perdamaian Rusia dikerahkan berdasarkan kesepakatan yang mengunci keuntungan teritorial oleh Azerbaijan, sekutu dekat Turki.
Karabakh secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi dihuni dan, dikendalikan oleh etnis Armenia setelah perang berdarah pada 1990-an yang membuat mereka juga merebut daerah terpencil lain milik Azerbaijan.